CakapCakap – Cakap People! Film Avatar: The Way of Water besutan James Cameron sukses membuat penonton berdecak kagum oleh aksi Sam Worthington dan Zoe Saldana. Siapa sangka, di balik proses pembuatan film, sang sutradara James Cameron menyebut dirinya terinspirasi antara lain oleh Suku Bajo, suku nomaden laut yang tersebar di kepulauan Indonesia bagian timur.
Mengutip National Geographic, Cameron menyebut telah melakukan riset panjang untuk membangun latar bagi filmnya. Ia mencermati banyak tradisi lokal di Polinesia dan Asia Tenggara yang berakar dari tradisi bahari. Ia menyebut terinspirasi oleh orang-orang Bajo yang tinggal di atas rumah panggung dan hidup di atas rakit.
Suku Bajo atau Bajau, menurut Haerullah dkk dalam jurnal berjudul Identitas Budaya dan Sejarah Suko Bajo Pulau Pascanomaden, adalah suku yang menjadikan laut sebagai sumber pencaharian utama. Mereka tersebar di kawasan Asia Tenggara, mulai dari Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, hingga Filipina. Itu sebabnya suku ini sering kali disebut sebagai suku laut. Nenek moyang mereka adalah para panglima armada Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Melaka.
Di Indonesia, Suku Bajo banyak menetap di Bajo Pulau, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Orang-orang Bajo di Bajo Palau menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas di pesisir laut, seperti beternak ikan kerapu atau lobster. Untuk memperoleh penghasilan, mereka berprofesi menjadi nelayan, ojek laut, atau peternak ikan keramba.
Para nelayan suku Bajo mampu memperoleh tangkapan ikan hingga mencapai 946 ton per hari. Salah satu komoditas unggulan dari tangkapan mereka adalah teripang. Mereka biasa memasarkan teripang melalui pengepul sebelum didistribusikan kepada para pedagang Tionghoa, baik di Bima maupun Lombok, Bali, dan Jawa. Selain dijadikan sebagai bahan konsumsi, teripang dapat digunakan sebagai bahan pengobatan.
Film Avatar: The Way of Water besutan James Cameron sukses membuat penonton berdecak kagum oleh aksi Sam Worthington dan Zoe Saldana. Siapa sangka, di balik proses pembuatan film, sang sutradara James Cameron menyebut dirinya terinspirasi antara lain oleh Suku Bajo, suku nomaden laut yang tersebar di kepulauan Indonesia bagian timur.
Mengutip National Geographic, Cameron menyebut telah melakukan riset panjang untuk membangun latar bagi filmnya. Ia mencermati banyak tradisi lokal di Polinesia dan Asia Tenggara yang berakar dari tradisi bahari. Ia menyebut terinspirasi oleh orang-orang Bajo yang tinggal di atas rumah panggung dan hidup di atas rakit.
Suku Bajo atau Bajau, menurut Haerullah dkk dalam jurnal berjudul Identitas Budaya dan Sejarah Suko Bajo Pulau Pascanomaden, adalah suku yang menjadikan laut sebagai sumber pencaharian utama. Mereka tersebar di kawasan Asia Tenggara, mulai dari Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, hingga Filipina. Itu sebabnya suku ini sering kali disebut sebagai suku laut. Nenek moyang mereka adalah para panglima armada Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Melaka.
Di Indonesia, Suku Bajo banyak menetap di Bajo Pulau, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Orang-orang Bajo di Bajo Palau menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas di pesisir laut, seperti beternak ikan kerapu atau lobster. Untuk memperoleh penghasilan, mereka berprofesi menjadi nelayan, ojek laut, atau peternak ikan keramba.
Para nelayan suku ini mampu memperoleh tangkapan ikan hingga mencapai 946 ton per hari. Salah satu komoditas unggulan dari tangkapan mereka adalah teripang. Mereka biasa memasarkan teripang melalui pengepul sebelum didistribusikan kepada para pedagang Tionghoa, baik di Bima maupun Lombok, Bali, dan Jawa. Selain dijadikan sebagai bahan konsumsi, teripang dapat digunakan sebagai bahan pengobatan.