CakapCakap – Cakap People! Rusia mengatakan pada Rabu, 2 November 2022, bahwa menghindari bentrokan nuklir antara kekuatan nuklir dunia adalah prioritas pertama mereka, tetapi negara itu menuduh Barat “mendorong provokasi dengan senjata pemusnah massal”.
Negara-negara Barat mengatakan Moskow berada di balik meningkatnya retorika nuklir sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu. Rusia berulang kali menuduh Ukraina menggunakan bom kotor radioaktif tanpa memberikan bukti. Kyiv telah membantah memiliki rencana tersebut, Reuters melaporkan.
Menurut Kementerian Luar Negeri Rusia, pihaknya khawatir lima kekuatan nuklir berada di ambang konflik bersenjata langsung.
“Barat harus berhenti mendorong provokasi dengan senjata pemusnah massal, yang dapat menyebabkan konsekuensi bencana,” menurut Rusia.
“Kami sangat yakin bahwa dalam situasi rumit dan bergejolak saat ini, yang disebabkan oleh tindakan tidak bertanggung jawab dan kurang ajar yang bertujuan merusak keamanan nasional kami, tugas paling mendesak adalah menghindari bentrokan militer dengan kekuatan nuklir,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Moskow mengatakan pihaknya mendukung deklarasi yang dikeluarkan bersama Amerika Serikat, China, Inggris dan Prancis pada Januari. Dalam deklarasi itu ditegaskan bahwa kelima negara bertanggung jawab untuk menghindari perang nuklir.
“Kami sepenuhnya menegaskan kembali komitmen terhadap pernyataan bersama dari lima pemimpin negara pemilik senjata nuklir tentang pencegahan perang nuklir dan menghindari perlombaan senjata mulai 3 Januari 2022,” kata kementerian itu.
Presiden Vladimir Putin telah beberapa kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir dalam perang Rusia Ukraina. Moskow telah berulang kali mengatakan doktrin militernya mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika integritas teritorial Rusia terancam.
Pada September, Putin mengatakan dia tidak menggertak saat dia menyatakan Rusia siap menggunakan semua cara yang tersedia untuk mempertahankan wilayahnya. Dia juga mengatakan Amerika Serikat telah menciptakan preseden pada akhir Perang Dunia Kedua ketika menjatuhkan dua bom atom di Jepang.
Tak lama setelah itu, Ramzan Kadyrov , pemimpin wilayah Chechnya dan sekutu penting Putin, menyerukan Rusia untuk menggunakan senjata nuklir berdaya rendah di Ukraina. Moskow juga sering menuduh Kyiv berusaha memperoleh senjata nuklir.
Di awal perang, Rusia juga menuduh bahwa aliansi NATO Barat berencana menggunakan Ukraina sebagai jembatan untuk mengancam mereka. Tuduhan ini telah dibantah oleh Ukraina dan NATO.