CakapCakap – Cakap People! Junta militer Myanmar pada Senin mengumumkan telah mengeksekusi empat orang aktivis pro demokrasi yang menuai kecaman internasional.
Mereka yang dieksekusi mati adalah mantan anggota parlemen Phyo Zeya Thaw, serta penulis sekaligus aktivis Ko Jimmy, Hla Myo Aung, dan Aung Thura Zaw. Mereka dihukum dengan tuduhan melakukan aksi teror.
Kamboja, yang merupakan ketua ASEAN tahun ini, mengatakan pada Selasa eksekusi oleh junta militer Myanmar terhadap empat pemimpin pro-demokrasi dan oposisi membuat ASEAN “sangat bermasalah dan sangat sedih.”
Kamboja mengatakan eksekusi itu “sangat tercela” karena menghambat upaya, terutama oleh ketua ASEAN, untuk mempercepat kemajuan implementasi apa yang disebut Konsensus Lima Poin untuk mencari perdamaian di Myanmar melalui dialog daripada kekerasan.
Tak pelak, eksekusi mati terhadap empat aktivis demokrasi ini terjadi dalam rentetan peristiwa terkait kudeta militer tahun lalu setelah penasehat Negara sekaligus pemimpin partai berkuasa Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi dikudeta oleh junta militer.
Kronologi kudeta Myanmar
Kudeta itu tepatnya terjadi pada 1 Febuari tahun 2021, hanya beberapa bulan setelah NLD memenangkan pemilu.
Pada pemilu itu, partai yang dipimpin Suu Kyi itu meraup 396 dari total 476 kursi parlemen untuk majelis rendah sekaligus atas.
Sementara militer, menurut Konstitusi yang mereka rumuskan, memegang kendali atas 25 persen dari total kursi dan sejumlah posisi kunci di kementerian.
Namun militer tidak puas dengan hasil ini dan menuduh partai Suu Kyi melakukan kecurangan.
Para jenderal pertama-tama menangkap Aung San Suu Kyi, pemimpin terpilih, dan anggota senior pemerintahan Suu Kyi sebelum mengumumkan kudeta.
Militer Myanmar kemudian mengumumkan telah merebut kekuasaan dan akan memerintah setidaknya selama satu tahun setelah menahan para pemimpin tertinggi negara itu.
Militer menyatakan keadaan darurat setelah menahan Penasihat Negara Suu Kyi, Presiden Win Myint dan anggota senior NLD lainnya
Mereka mengklaim bahwa langkah tersebut dilakukan karena “kecurangan” dalam pemilihan umum 8 November, yang mengakibatkan dominasi NLD di parlemen.
Militer juga mengumumkan bahwa Panglima Angkatan Bersenjata Min Aung Hlaing telah dilantik sebagai presiden. Setelahnya, 11 anggota pemerintahan baru setingkat menteri diangkat setelah kudeta terjadi.
Klik DI SINI untuk meneruskan membaca, Cakap People!