CakapCakap – Rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan. Sampah sisa rokok berupa puntung juga berdampak pada tubuh. Kandungan plastik mikro dari puntung rokok masuk ke tubuh manusia melalui jalur pencernaan dan pernafasan, demikian disampaikan Eka Chlara Budiarti, peneliti dari organisasi konservasi lingkungan Ecological Observation and Conservation Wetlands atau ECOTON.
Ia mengutip data The Ocean Conservancy, dalam 25 tahun terakhir relawan International Coastal Cleanup (ICC) berhasil mengumpulkan sekitar 53 juta puntung rokok. Konsumsi rokok mengakibatkan sekitar 4,5 triliun puntung rokok dibuang setiap tahunnya di seluruh dunia. Ini setara dengan 766 juta ton sampah beracun setiap tahun, dan dua juta ton limbah padat dari kardus dan kemasan rokok.
Riset yang dilakukan Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia di Amerika Serikat, dan dirilis pada 2015 menunjukkan Indonesia sebagai negara nomor dua terbesar penyumbang sampah laut setelah China. Ditemukan 187,2 juta ton sampah di laut Indonesia, mayoritas di antaranya adalah puntung rokok.
“Selama ini yang menjadi perhatian adalah abu rokok yang dikategorikan sebagai limbah B3. Padahal, pada puntung rokok ada zat-zat sisa yang harusnya dikategorikan sebagai limbah B3. Indonesia malah masih menganggap puntung rokok sebagai sampah residu,” kata Eka kepada DW Indonesia.
Eka mengatakan setiap satu puntung rokok mengandung 15.600 helai fiber dengan 90% berbahan selulosa asetat. Bahan ini sulit terurai menjadi kompos dan hanya terurai sebatas partikel plastik mikro. Puntung rokok yang kembali ke lingkungan, terutama di perairan, akan melepaskan 100 partikel plastik mikro per hari. Limbah mikroplastik tersebut diyakini sama banyak dengan limbah cucian pakaian.
“Mikroplastik dari rokok ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui saluran percernaan yang berawal dari kerongkongan. Bisa juga dari saluran pernafasan dan mengendap di paru-paru sehingga bisa mengiritasi paru-paru,” papar Eka.
Dikonsumsi manusia secara tidak langsung
Setiap satu puntung rokok, kata Eka, dapat mencemari 1.000 liter air di perairan Indonesia. Air yang tercemar plastik mikro ikut mencemari bakteri, plankton, dan biota laut lain. Ketika plastik mikro dikonsumsi oleh ikan, ikan ini akan mengalami kekenyangan semu dan akhirnya mati.
“Ikan ‘kan tidak memiliki indera perasa, bentuk mikroplastik menyerupai plankton, sehingga ikan memakan mikroplastik tersebut. Akibatnya ikan mati. Bisa juga ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia,” ujar Eka.
Cakap People! Kamu bisa membaca selengkapnya di sini.