CakapCakap – Wacana sistem empat hari kerja sudah menjadi pembahasan selama beberapa tahun terakhir.
Kabar terbaru, sekitar 70 perusahaan dengan lebih dari 3.000 karyawan di Inggris berpartisipasi dalam uji coba kerja selama empat hari dalam seminggu.
Karyawan terus menerima pembayaran gaji 100 persen untuk bekerja 80 persen dari jam kerja mereka sebelumnya sebagai imbalan atas komitmen memertahankan produktivitas kerja 100 persen.
Proyek yang digagas organisasi nirlaba 4 Day Week Global bersama Autonomy dan para peneliti dari Cambridge University, Oxford University dan Boston College ini akan berjalan selama enam bulan.
“Ketika kita keluar dari pandemi, semakin banyak perusahaan menyadari batas baru kompetisi adalah kualitas hidup,” kata CEO 4 Day Week Global Joe O Connor.
“Pengurangan jam kerja yang berfokus pada hasil merupakan sarana untuk memberikan mereka keunggulan kompetitif.”
Uji coba serupa akan dilakukan pada akhir tahun ini di Spanyol dan Skotlandia dengan dukungan pemerintah setempat.
Peneliti akan memantau dampak sistem empat hari kerja seminggu tersebut pada tingkat produktivitas, kesetaraan gender, lingkungan, serta kesejahteraan karyawan.
Pertanyaannya, bisakah sistem empat hari kerja dalam seminggu menjadi masa depan dunia kerja? Lalu, negara mana saja yang sudah menerapkan pola kerja seperti ini?
Efek pemberlakuan sistem empat hari kerja
Pada 2019, para pakar di Henley Business School di University of Reading mensurvei lebih dari 500 pemimpin bisnis dan lebih dari 2.000 karyawan di Inggris.
Survei dilakukan untuk mengetahui dampak sistem empat hari kerja seminggu pada tenaga kerja di negara tersebut.
Peneliti menemukan, dua pertiga bisnis melaporkan adanya peningkatan produktivitas pada karyawan.
Karyawan mengaku merasa lebih bahagia (78 persen), tidak terlalu stres (70 persen), dan mengambil cuti sakit lebih sedikit (62 persen).
Juga, sistem empat hari kerja seminggu membantu perusahaan untuk menarik dan memertahankan karyawan (63 persen).
Hampir setengah karyawan (40 persen) melaporkan mereka menggunakan hari libur ekstra untuk mengembangkan keterampilan profesional.
Sedangkan, seperempat karyawan (25 persen) memanfaatkan hari libur tambahan tersebut untuk menjadi relawan.
Melakukan aktivitas yang memperbaiki kesehatan mental dan fisik di hari libur tambahan juga dikaitkan dengan peningkatan produktivitas kerja.
Banyak peserta melaporkan kualitas tidur yang lebih baik dan mereka lebih banyak waktu untuk bersama keluarga dan orang-orang terkasih.
Dengan berkurangnya hari kerja, jejak karbon pun dapat dikurangi.
Negara yang menguji coba empat hari kerja seminggu
Tidak hanya Inggris, ada beberapa negara lain yang turut menerapkan pola kerja empat hari seminggu, yakni:
1. Spanyol
Spanyol meluncurkan uji coba empat hari kerja seminggu pada April tahun lalu.
Seperti dilaporkan Guardian, uji coba akan berlangsung selama tiga tahun, dengan 50 juta Euro atau sekitar Rp 773,1 miliar dialokasikan untuk membantu perusahaan mengurangi jam kerja dengan risiko minimal.
2. Selandia Baru
Sejunlah perusahaan di Selandia Baru kini sedang menguji hari kerja yang lebih pendek dalam seminggu.
Pada Mei 2020, Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengajak perusahaan untuk mempertimbangkan penerapan empat hari kerja seminggu.
“Cobalah memikirkan apakah sistem itu sesuatu yang akan berhasil untuk perusahaan, karena itu akan membantu pariwisata di seluruh negeri,” jelas Ardern.
Di awal tahun 2021, Unilever yang memiliki sekitar 80 karyawan di negara itu memulai uji coba pola kerja empat hari seminggu selama satu tahun.
Melalui sebuah pernyataan, direktur pelaksana Unilever, Nick Bangs mengatakan langkah itu adalah eksperimen untuk melihat apakah uji coba dapat membawa perubahan material dalam cara karyawan bekerja atau tidak.
“Kami percaya, cara kerja lama sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi sesuai,” sebutnya.
Namun, hingga saat ini Unilever belum mengungkapkan hasil uji coba tersebut.
3. Jepang
Pemerintah Jepang meluncurkan rencana untuk mengajak pengusaha mengadopsi sistem empat hari kerja seminggu dalam pedoman kebijakan ekonomi tahunan yang diterbitkan pada Juni 2021.
Seperti dilansir The Washington Post, pemerintah Jepang berharap dapat meningkatkan work-life balance karyawan dan memberikan mereka waktu lebih untuk bersama keluarga dan melanjutkan pendidikan.
4. Skotlandia
Pada September 2021, Partai Nasional Skotlandia mengumumkan rencana menguji coba skema kerja empat hari yang hanya akan berlaku untuk pekerjaan di perkantoran.
Sebuah survei dilakukan Institute for Public Policy Research Scotland terhadap 2.203 responden.
Hasilnya, sebanyak 80 persen responden mengaku minggu kerja yang lebih singkat akan berdampak positif pada kesejahteraan mereka.
Sementara itu, 88 persen responden mengatakan mereka bersedia berpartisipasi dalam skema kerja yang baru.
5. Irlandia
Uji coba empat hari kerja seminggu di Irlandia mulai diterapkan pada Februari tahun ini.
Sampai dengan Oktober 2021, sudah ada 17 perusahaan yang mendaftar untuk skema kerja yang digagas oleh 4 Day Week Ireland itu.
Pihak penyelenggara menyatakan, proyek tersebut bertujuan untuk mengetahui dampak pengurangan waktu kerja terhadap produktivitas, kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan di Irlandia.
Islandia menjadi negara tersukses dalam menerapkan pola empat hari kerja
Sejak tahun 2015-2019, perusahaan di Islandia menjalani dua uji coba pengurangan jam kerja berskala besar.
Jam kerja yang awalnya 40 jam dikurangi menjadi 35-36 jam, tanpa adanya pengurangan gaji karyawan.
Analisis hasil proyek ini diterbitkan oleh lembaga think tank Autonomy dan organisasi penelitian Association for Sustainability and Democracy pada Juli 2021.
Proyek yang melibatkan 2.500 karyawan tersebut dianggap sukses besar.
Sekitar 86 persen tenaga kerja di Islandia kini bekerja dengan jam kerja yang lebih singkat, atau memiliki hak untuk mengurangi jam kerja mereka.
Dari laporan tersebut ditemukan, produktivitas karyawan tetap sama atau meningkat di sebagian besar perusahaan.
Tidak hanya itu. Karyawan mengaku kesejahteraan dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka meningkat drastis.
Will Stronge, direktur penelitian di Autonomy menjelaskan uji coba itu menunjukkan ada sesuatu yang dapat dipelajari oleh pemerintah di negara lain.
“Islandia sudah mengambil langkah besar menuju empat hari kerja dalam seminggu.”
“Ini merupakan contoh kehidupan nyata yang baik untuk Dewan Lokal dan mereka yang berada di sektor publik Inggris yang mempertimbangkan untuk menerapkan sistem kerja ini di Inggris,” tutur Stronge.