CakapCakap – Cakap People! Ukraina menghadapi “krisis perlindungan anak dengan proporsi luar biasa” yang mungkin belum pernah terlihat sebelumnya. Demikian kata seorang pejabat United Nations Children’s Fund (UNICEF), Jumat, 6 Mei 2022.
“Ratusan anak telah terbunuh, dan banyak lagi yang terluka. Hampir 200 serangan telah dilaporkan terhadap fasilitas perawatan kesehatan, dan sekolah terus terkena dampak pemogokan,” kata Aaron Greenberg, penasihat Perlindungan Anak Regional UNICEF untuk Eropa dan Asia Tengah, saat berbicara dari kota Lviv di Ukraina pada konferensi pers dua mingguan PBB yang diselenggarakan oleh PBB di Jenewa, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Dia mengatakan dua bulan perang yang diluncurkan Rusia di Ukraina telah menyebabkan 7,7 juta orang kehilangan tempat tinggal dan mendorong lebih dari 5,5 juta orang melintasi perbatasan internasional, termasuk hampir dua pertiga dari semua anak di Ukraina.
“Perang telah berdampak pada kesejahteraan psikososial semua anak,” kata pejabat UNICEF ketika PBB mengumumkan bahwa setidaknya 324 anak diketahui telah tewas akibat perang.
“Anak-anak telah tercerabut dari rumah mereka, dipisahkan dari pengasuh, dan langsung dihadapkan pada perang. Anak-anak telah terguncang oleh ledakan bom dan sirene sistem peringatan rudal yang menggelegar.”
Dia mengatakan bahwa hampir semua anak menghadapi ketidakhadiran ayah, saudara laki-laki yang lebih tua, atau paman karena hampir semua pria berusia antara 18 hingga 60 dimobilisasi untuk perang.
“Dan, yang paling penting, banyak anak telah menyaksikan atau mengalami kekerasan fisik dan seksual,” kata Greenberg. “Izinkan saya menekankan masalah tertentu yang kita lihat. Tenaga kerja di Ukraina – pekerja sosial, psikolog anak, dan profesional lainnya – sama-sama terkena dampak konflik ini.”
Ia mengatakan UNICEF mengantisipasi angka segala bentuk kekerasan terhadap anak mencapai puluhan ribu.
Sebelum 24 Februari 2022, panti asuhan Ukraina, sekolah asrama, dan lembaga lain untuk anak muda menampung lebih dari 91.000 anak, sekitar setengahnya penyandang disabilitas. Menurut UNICEF, hanya sekitar sepertiga dari jumlah itu yang telah kembali ke rumah, termasuk mereka yang dievakuasi dari timur dan selatan.