CakapCakap – Cakap People! Meski ada orang yang sudah pernah dua kali terinfeksi COVID-19, namun ada orang lain yang masih aman-aman saja. Apakah kamu juga termasuk dari bagian klub no-COVID-19?
Klub ini memiliki sekitar 30 juta orang, menurut University of Cambridge pada bulan Februari. Para ahli, termasuk Richard Stanton, profesor virologi di Fakultas Kedokteran Cardiff University, memberikan beberapa penjelasan mengenai fenomena tersebut.
Ternyata, memang ada saja yang kebal dan mampu menghindari infeksi. Berikut enam alasannya, seperti dikutip dari The Sun, Kamis, 7 April 2022.
1. Genetika
Kekebalan tubuh setiap orang bisa berbeda-beda. Prof Stanton mengatakan, hal itu juga dapat dipengaruhi oleh genetika.
“Sistem kekebalan beberapa orang ‘lebih baik’ dalam melawan virus,” kata dia.
Sebagai contoh, para peneliti di University of Oxford University menunjukkan, DNA yang menggandakan risiko kematian akibat COVID-19 dan orang-orang dari keturunan Asia Selatan lebih mungkin untuk membawanya. Imperial College London telah menemukan bahwa variasi antara sistem kekebalan orang “membuat perbedaan setidaknya untuk apakah orang terkena penyakit simtomatik atau tidak”.
2. Infeksi sebelumnya
Kekebalan yang dibangun dari infeksi sebelumnya bukanlah sesuatu yang dapat terukur. Di sisi lain, itu bisa jadi alasan mengapa seseorang masih terhindar dari COVID-19.
Bahkan, jika seseorang terpapar COVID-19, sistem kekebalan mereka akan mengeluarkannya sebelum menyebabkan gejala. Ilmuwan Imperial College London menemukan bahwa batuk dan bersin biasa meningkatkan sel darah putih vital yang disebut sel T, namun belum jelas seberapa relevan lapisan perlindungan ini.
3. Varian
Beberapa varian seperti Alpha, Delta, Omicron, dan Beta memiliki karakteristik biologis masing-masing. Dengan cara yang sama, ini mungkin menjelaskan mengapa orang yang tinggal bersama penyintas COVID-19 mungkin tidak terkena infeksi yang sama.
“Omicron lebih menular daripada Delta, peneliti melihat bahwa anggota keluarga lebih mungkin terinfeksi jika seseorang dalam rumah memiliki Omicron dibandingkan dengan Delta,” kata Prof Stanton.
4. Peluang
Seseorang yang, misalnya, dapat bekerja dari rumah, tinggal sendiri, dan berbelanja makanan secara daring, kemungkinannya kecil terkena COVID-19. Berbeda dengan pekerja garis depan, seperti karyawan di toko, panti jompo, rumah sakit, atau seseorang yang tinggal bersama sejumlah orang. Mereka jauh lebih mungkin untuk terinfeksi.
5. Perlindungan dari vaksin
Manfaat vaksin COVID-19 mulai melemah selama bulan-bulan berikutnya, sehingga diciptakan vaksin penguat alias booster. Andrew Freedman, seorang akademisi penyakit menular di Cardiff University, mengatakan bahwa alasan tidak terinfeksinya seseorang bisa jadi karena kekebalan dari vaksinasi, infeksi sebelumnya, ataupun keduanya. Namun, vaksinasi tetap mengurangi kemungkinan tertular Omicron.
6. Orang tanpa gejala
Sekitar sepertiga orang yang kena COVID-19 tampaknya tidak mengalami tanda-tanda atau gejala infeksi. Tes COVID-19 membantu untuk menemukan orang tanpa gejala (OTG).
Orang yang divaksinasi lebih mungkin menghasilkan viral load yang rendah dan gejala lebih ringan saat terinfeksi. Namun, bagaimanapun peneliti masih mendalami terkait alasan di balik orang tidak pernah terinfeksi COVID-19.
Spesialis penyakit menular di seluruh dunia masih mencari tahu mengapa tubuh beberapa orang tampak terlindungi secara alami. Dr Rhia Kundu, penulis pertama studi Imperial, mengatakan bahwa “terpapar virus SARS-CoV-2 tidak selalu mengakibatkan infeksi dan hal inilah yang sedang terus dicari tahu”.
Kundu mengingatkan, cara terbaik untuk melindungi diri dari COVID-19 adalah divaksinasi sepenuhnya, termasuk mendapatkan dosis booster.