CakapCakap – Cakap People! Dua dosis vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech atau Moderna memberikan perlindungan minimal terhadap penyakit simtomatik yang disebabkan oleh varian Omicron dari SARS-CoV-2. Namun, penelitian baru menyebut dosis booster mampu memulihkan perlindungan itu.
Studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine ini menemukan bahwa efektivitas vaksin Pfizer terhadap penyakit simtomatik turun menjadi sekitar delapan persen dari sekitar 65 persen dalam enam bulan, setelah dosis kedua dari dosis primer. Efektivitas dari dua dosis pertama vaksin Moderna juga berkurang, yaitu turun menjadi sekitar 15 persen dari sekitar 71 persen pada periode yang sama.
Suntikan dosis penguat (booster) dari vaksin Pfizer atau Moderna meningkatkan kembali perlindungan ke tingkat yang terlihat setelah dua dosis. Level perlindungannya mulai berkurang lagi setelah sekitar dua bulan.
Studi yang didanai oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris menambah bukti yang berkembang bahwa dua dosis vaksin COVID-19 yang ada tampaknya menawarkan sedikit perlindungan terhadap penyakit ringan dari varian Omicron. Meski demikian, para ahli mencatat bahwa vaksinasi masih memberikan perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah dan kematian.
Peneliti menulis bahwa temuan ini menekankan pentingnya suntikan booster. Mereka menyebut dosis ketiga memberikan peningkatan perlindungan yang cepat dan substansial terhadap penyakit ringan dan berat.
Di Amerika Serikat, hanya di bawah 50 persen dari mereka yang memenuhi syarat untuk booster telah menerima dosis penguat itu.
Seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College, John Moore mengatakan, penelitian menegaskan bahwa varian Omicron secara signifikan lebih mungkin menyebabkan infeksi terobosan (breakthrough infection) bergejala dibandingkan dengan Delta. Terlepas dari itu, Moore mengatakan, vaksin memberikan perlindungan terhadap rawat inap dan kematian.
“Mereka yang telah memiliki tiga dosis vaksin COVID-19 masih memiliki perlindungan yang cukup besar terhadap penyakit simtomatik,” kata Moore, dilansir NBC News, Rabu, 23 Maret 2022.