in ,

Dr Erlina: Jangan ‘Terpesona’ dengan Omicron Ringan, Kelompok Ini Bisa Bergejala Berat

Ia menjelaskan, varian Omicron memiliki sifat yang mudah menular dan bisa memperburuk kondisi kelompok tertentu.

CakapCakap – Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan mengingatkan, gejala infeksi SARS-CoV-2 varian Omicron memang lebih ringan dibandingkan delta. Namun, masyarakat diminta tidak “terpesona” dengan fakta ini.

“Sebab, kalau penularan Omicron terjadi pada kelompok lansia, orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), anak-anak atau orang yang belum divaksinasi, gejalanya bisa lebih berat,” ujar dr Erlina dalam konferensi pers virtual Update Tata Laksana COVID-19, Rabu, 9 Februari 2022.

Dr Erlina menyerukan agar semua pihak waspada. Ia menjelaskan, varian Omicron memiliki sifat yang mudah menular dan bisa memperburuk kondisi kelompok tertentu.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Infeksi Omicron, menurut Erlina, memiliki manifestasi klinis yang beragam. Faktor komorbid berpengaruh dan dapat meningkatkan angka mortalitas.

“Penyakit paru obstruktif kronis hingga gagal ginjal bisa sebabkan keparahan penyakit,” katanya.

Dr Erlina mengungkapkan, data menunjukkan bahwa dalam dua pekan terakhir terjadi peningkatan kasus COVID-19 di Tanah Air hingga lebih dari 10 kali lipat. Bahkan, per awal Februari 2022, sudah lebih dari 200 ribu kasus yang dilaporkan.

“Ini menunjukkan varian Omicron sangat mudah menular,” katanya.

Di sisi lain, dr Erlina mengingatkan agar masyarakat tidak terpaku hanya pada Omicron. Sebab, varian lainnya, yaitu Delta, juga masih menyebar dan lebih berat gejalanya.

Dalam kesempatan yang sama, Prof Syafri K Arif SpAn selaku ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) menjelaskan, perburukan gejala COVID-19 dapat terjadi karena tiga faktor. Keganasan virus, imunitas, dan komorbid turut berperan.

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Foto: Reuters]

“Kita harus cegah kasus berat dan kritis dengan menjalankan protokol kesehatan, deteksi dini, dan vaksinasi,” kata Prof Syafri.

Menurut Prof Syafri, dengan melaksanakan langkah pencegahan maka kasus berat dan kritis bisa turun. Dengan begitu, tenaga medis akan memiliki kesempatan yang lebih optimal dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

LIHAT ARTIKEL ASLI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Malaysia Laporkan Lebih dari 17.000 Kasus COVID-19 Sehari, Tertinggi Sejak September 2021

Italia Cabut Mandat Masker COVID-19 di Luar Ruangan