in ,

Turki Catat 111.096 Kasus COVID, 231 Kematian Dalam 24 Jam

Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mendesak warga untuk menyelesaikan vaksinasi mereka dan para lansia diminta untuk lebih berhati-hati.

CakapCakapCakap People! Turki telah mencatat 111.096 infeksi COVID-19 baru dalam waktu 24 jam, tepat di bawah rekor tertinggi harian dari minggu sebelumnya, serta jumlah kematian harian tertinggi dalam beberapa bulan, demikian data kementerian kesehatan menunjukkan pada hari Selasa, 8 Februari 2022.

Pada akhir Desember 2021, kasus harian mencapai sekitar 20.000 dan sejak itu melonjak karena virus corona varian Omicron yang sangat menular. Pada hari Jumat, Turki melaporkan rekor 111.157 infeksi, Reuters melaporkan.

Data pada hari Kamis juga menunjukkan 241 orang meninggal karena COVID-19 dalam periode 24 jam yang sama, jumlah korban harian tertinggi sejak 3 November 2021, sementara Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mendesak warga untuk menyelesaikan vaksinasi mereka dan para lansia diminta untuk lebih berhati-hati.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

WHO: Banyak negara belum mencapai puncak Omicron

Banyak negara belum mencapai puncaknya dalam kasus COVID-19 varian Omicron yang sangat menular dan langkah-langkah yang diberlakukan untuk mengekang penyebarannya harus dilonggarkan secara perlahan. Demikian kata pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, Selasa, 1 Februari 2022.

“Kami mendesak agar berhati-hati karena banyak negara belum melewati puncak Omicron. Banyak negara memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang rendah dengan individu yang sangat rentan dalam populasi mereka,” kata Maria Van Kerkhove dalam briefing online, Reuters melaporkan.

“Jadi sekarang bukan saatnya mencabut semuanya sekaligus. Kami selalu mengimbau, selalu berhati-hati, baik dalam menerapkan intervensi maupun mencabut intervensi tersebut secara mantap dan perlahan, setahap demi setahap. Karena virus ini cukup dinamis,” tambahnya.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berbicara dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, 20 Desember 2021. [Foto: REUTERS/Denis Balibouse/File Photo]

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan PBB itu prihatin dengan narasi yang terjadi di beberapa negara bahwa “karena vaksin, dan karena penularan Omicron yang tinggi dan tingkat keparahan yang lebih rendah, mencegah penularan tidak lagi mungkin, dan tidak lagi diperlukan.

“Tidak ada yang lebih jauh dari kebenaran,” kata Tedros dalam briefing tersebut. “Lebih banyak penularan berarti lebih banyak kematian. Kami tidak menyerukan negara mana pun untuk kembali ke apa yang disebut penguncian. Tetapi kami menyerukan semua negara untuk melindungi warga mereka menggunakan setiap alat di toolkit, bukan vaksin saja.”

Dia menambahkan: “Masih terlalu dini bagi negara manapun untuk menyerah atau menyatakan kemenangan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Italia Laporkan 101.864 Kasus COVID-19 & 415 Kematian pada Selasa

Kasus COVID-19 di Indonesia Bertambah 46.843; Jakarta Sumbang Kasus Tertinggi