in ,

Status Siaga Utama Omicron Bakal Ditetapkan Jika Terjadi Kondisi Ini di Indonesia

Hingga Selasa, 11 Januari 2022, kasus aktif COVID-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 802

CakapCakapCakap People! Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator Penanganan PPKM wilayah Jawa dan Bali, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, pemerintah bakal menetapkan status siaga utama COVID-19 varian Omicron jika ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di rumah sakit mencapai kisaran 20-30 persen.

“Perawatan di RS akan menjadi salah satu indikator utama. Kami akan high alert atau siaga utama ketika BOR mendekati 20 persen sampai 30 persen. Dari hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain, puncak varian Omicron mencapai puncaknya dalam kisaran waktu 40 hari, lebih cepat dari varian Delta,” ujar Luhut dalam keterangan pers, Rabu, 12 Januari 2022.

Di Indonesia, sambung Luhut, pemerintah memperkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari.

Tangkapan layar konferensi pers Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan /YouTube Sekretariat Presiden/

“Sebagian besar kasus yang terjadi diperkirakan akan bergejala ringan sehingga nanti strateginya juga akan berbeda dengan varian Delta,” ucapnya.

Luhut mengatakan COVID-19 varian Omicron telah teridentifikasi di 150 negara dan menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi di berbagai negara di dunia.

Menurut Luhut, Indonesia bukan tidak mungkin dapat mengalami hal serupa. Namun ia meminta masyarakat tidak perlu panik, cukup tetap waspada dengan penyebaran Omicron.

Hingga Selasa, 11 Januari 2022, kasus aktif COVID-19 varian Omicron mencapai 802, Sebagian besar disumbangkan oleh pelaku perjalanan dari luar negeri (PPLN). Dari 537 kasus di Jakarta, 435 kasus berasal dari PPLN.

Luhut juga bilang bahwa Indonesia saat ini jauh lebih siap menghadapi potensi gelombang varian Omicron. Ia menilai, tingkat vaksinasi sudah lebih tinggi dibandingkan bulan Juli 2021 lalu. Kapasitas pengujian (testing) serta penelusuran (tracing) juga mulai meningkat.

Sejumlah petugas tenaga kesehatan bersiap untuk didekontaminasi usai bertugas di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta, Kamis, 12 November 2020. [Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/nz]

“Sistem kesehatan kita juga sudah lebih siap, baik dalam hal obat-obatan (termasuk molnupiravir dari Merck) yang didatangkan oleh Kemenkes, tempat tidur di rumah sakit, tenaga kesehatan, oksigen, dan fasilitas isolasi terpusat jauh lebih bagus saat ini. Dengan berbagai kesiapan tersebut dan belajar dari pengalaman yang lalu, saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain,” kata Luhut.

Kendati demikian, pemerintah meminta agar masyarakat tetap disiplin dan kompak. Keberhasilan mengendalikan varian Omicron tidak mungkin dapat dicapai tanpa kerja sama semua pihak, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan.

“Sebagai penutup, saya sampaikan sekali lagi. Kasus kemungkinan akan naik tapi kita jangan panik. Kita harus tetap waspada dan terus bekerja sama. Kita harus bersatu padu menghadapi musuh bersama varian Omicron. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa mengatasi gelombang baru dan keluar dari pandemi Covid-19 ini,” pungkas Luhut.

LIHAT ARTIKEL ASLI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Panduan Lengkap Memilih Vaksin Booster, Jangan Sampai Keliru!

Terinfeksi Omicron, Orang yang Belum Divaksinasi tak Terlindungi dari Risiko Infeksi Varian Lain

4 Gejala Baru COVID Ini Bisa Deteksi Seseorang Terinfeksi Omicron