CakapCakap – Cakap People! Virus corona varian Omicron telah menyebar ke seluruh dunia dan memicu peningkatan kasus di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, penambahan kasus positif COVID-19 meningkat pesat dalam sepekan. Seperti apa gejala COVID-19 Omicron?
Sebuah studi mengungkapkan masa inkubasi varian Omicron yang diketahui ternyata hanya tiga hari. Oleh sebab itu, ada sejumlah gejala yang perlu diwaspadai saat terpapar virus Omicron.
Sebelum Amerika Serikat melaporkan kasus pertama varian Omicron yang terkonfirmasi pada 1 Desember lalu di California, pejabat kesehatan di Nebraska mulai menyelidiki enam kemungkinan kasus infeksi corona dalam satu rumah tangga. Dari kasus yang diteliti tersebut, satu di antaranya merupakan seorang pria berusia 48 tahun yang tidak divaksinasi.
Pria tersebut baru saja kembali dari sebuah konferensi di Nigeria. Pada 2 Desember 2021, Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nebraska mengidentifikasi varian omicron sebagai penyebab pada keenam orang yang berusia antara 11 hingga 48 tahun tersebut.
Sementara itu, sebuah studi yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyarankan bahwa kemungkinan virus corona varian Omicron mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek dari varian sebelumnya, yakni sekitar 72 jam atau 3 hari.
Melansir New York Times, Rabu, 29 Desember 2021, para peneliti dalam studi ini mengamati kemungkinan bahwa masa inkubasi virus corona varian Omicron hanya diperlukan waktu selama tiga hari bagi orang untuk mengembangkan gejala infeksi virus Omicron, menjadi menular dan dites positif. Dibandingkan dengan empat hingga enam hari infeksi pada varian Delta dan yang disebabkan oleh virus varian asli.
Dari responden yang diteliti, hanya satu anggota keluarga yang divaksinasi lengkap, dan semua kecuali satu anggota termasuk pelancong telah mengalami infeksi yang dikonfirmasi pada 2020. Tidak ada anggota rumah tangga melaporkan kondisi medis yang mendasarinya atau komorbid.
Penelitian ini juga melaporkan anggota keluarga yang terinfeksi mengalami gejala ringan. Keenamnya menggambarkan penyakitnya mirip dengan atau lebih ringan dari yang dialami selama infeksi pertamanya.
“Tidak diketahui apakah sindrom klinis ringan atau deskripsi gejala yang berbeda adalah hasil dari kekebalan yang ada atau perubahan fitur klinis yang terkait dengan infeksi Omicron,” tulis peneliti dalam studi tentang masa inkubasi virus varian Omicron.
Lima infeksi ulang, tambah penulis, termasuk satu setelah vaksinasi COVID-19 penuh dapat dijelaskan dengan menurunnya kekebalan, potensi penghindaran kekebalan parsial oleh varian Omicron atau keduanya.
Sementara itu, sebuah studi di Norwegia meneliti sekelompok besar individu yang terinfeksi varian B.1.1.529 tersebut pada pesta Natal di Oslo. Penelitian ini menunjukkan masa inkubasi varian Omicron sekitar tiga hari, tapi belum jelas berapa lama orang tetap menularkan virus tersebut.
Dituliskan Fortune, walaupun dibutuhkan sekitar empat atau lima hari gejala seperti batuk, sakit kepala, dan demam muncul saat terinfeksi dengan jenis COVID-19 sebelumnya, sepertinya inkubasi varian Omicron lebih singkat. Data masih terbatas pada varian baru omicron yang pertama kali terdeteksi di Botswana dan Afrika Selatan pada pertengahan November ini.
Penelitian terbaru di Norwegia menunjukkan paparan varian dan gejala dari omicron sekitar tiga hari. Ini berarti varian virus ini mampu menyebar lebih cepat.
Gejala COVID-19 Omicron
COVID-19 varian Omicron masih menjadi varian baru dan terus diteliti untuk mengetahui karakteristik dan gejala lebih lanjut.
Penelitian awal di London yang dipublikasikan di jurnal BMJ, menunjukkan bahwa gejala Covid-19 varian Omicron seperti pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin, dan sakit tenggorokan merupakan gejala yang paling umum.
Untuk itu, sebaiknya mewaspadai sejumlah gejala COVID-19 Omicron yang identik dengan strain sebelumnya, seperti:
- Demam atau kedinginan
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitas bernapas
- Nyeri otot atau tubuh
- Hilangnya rasa atau bau
- Penyumbatan hidung
- Mual atau muntah
- Diare
Perlu diketahui, orang yang telah divaksinasi secara lengkap masih dapat terinfeksi virus dan beberapa penelitian menunjukkan vaksin tidak berhasil mencegah infeksi Omicron seperti varian sebelumnya.
Namun vaksin COVID-19 masih sangat efektif dalam mencegah kasus corona yang parah, dan vaksin booster dapat membantu melawan virus ini.
Adapun kelompok paling berisiko dari varian Omicron antara lain orang yang tidak divaskinasi, orang tua, atau orang dengan kondisi yang ada sebelumnya (komorbid).