in ,

WHO: Masih Terlalu Dini Untuk Bilang Apakah Omicron Lebih Menular Dibanding Delta

Data varian baru itu masih “berantakan” saat negara-negara melaporkan kemunculan dan penyebarannya.

CakapCakapCakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memiliki cukup data tentang varian baru virus corona Omicron untuk mengatakan apakah itu lebih menular daripada varian Delta. Demikian kata seorang pejabat WHO pada Rabu, 22 Desember 2021, hampir sebulan setelah Afrika Selatan pertama kali memperingatkan tentang kemunculannya.

“Kami memiliki beberapa data yang menunjukkan bahwa tingkat rawat inap lebih rendah,” kata pemimpin teknis WHO untuk COVID-19, Maria van Kerkhove, dalam sebuah briefing dengan media, Reuters melaporkan.

Namun dia memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan dari data awal karena “kita belum melihat varian ini beredar cukup lama pada populasi di seluruh dunia, tentu saja pada populasi yang rentan”.

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terlihat di luar gedung WHO lama dan baru, di Jenewa, Swiss, Senin, 20 Desember 2021. [Foto: REUTERS/Denis Balibouse]

Kerkhove mengatakan data varian baru, pertama kali diidentifikasi di Afrika selatan dan Hong Kong pada November, masih “berantakan” saat negara-negara melaporkan kemunculan dan penyebarannya.

Pakar badan PBB secara teratur bertemu dengan pembuat obat untuk membahas komposisi terbaik vaksin COVID-19 ketika industri melihat apakah suntikan perlu diubah untuk mengatasi virus corona.

Komentar tentang Omicron muncul ketika sebuah penelitian di Afrika Selatan menunjukkan bahwa mereka yang terinfeksi Omicron secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk berakhir di rumah sakit daripada mereka yang menderita Delta, meskipun penulis penelitian itu mengatakan beberapa di antaranya mungkin karena tingkat kekebalan yang tinggi dalam populasi.

Ilustrasi virus corona. Data varian baru itu masih “berantakan” saat negara-negara melaporkan kemunculan dan penyebarannya. [Foto: REUTERS]

Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mendesak negara-negara untuk belajar dari dua tahun terakhir pandemi, menyerukan lagi untuk kesetaraan vaksin yang lebih besar, dengan harapan tahun depan mengakhiri pandemi yang telah menewaskan lebih dari 5,6 juta orang di seluruh dunia.

“Mendekati tahun baru, kita semua harus belajar pelajaran menyakitkan yang telah diajarkan tahun ini kepada kita. 2022 harus menjadi akhir dari pandemi COVID-19,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Negara Bagian Australia Terapkan Kembali Pembatasan COVID-19 dan Mandat Masker

Singapura Tangguhkan Penjualan Tiket Penerbangan VTL dan Bus Mulai 23 Desember