in ,

China Sudah Memvaksinasi Lebih dari 80% Populasinya untuk COVID-19

Sebanyak 1,162 miliar orang telah menerima jumlah dosis yang diperlukan

CakapCakapCakap People! China sudah memvaksinasi COVID-19 82,5% dari 1,41 miliar penduduknya yang berjumlah 1,41 miliar. Demikian disampaikan seorang pejabat kesehatan negara itu pada hari Sabtu, 11 Desember 2021.

Sebanyak 1,162 miliar orang telah menerima jumlah dosis yang diperlukan untuk menyelesaikan vaksinasi, kata Wu Liangyou, seorang pejabat Komisi Kesehatan Nasional (NHC) pada jumpa pers, menambahkan bahwa 120,6 juta telah menerima suntikan booster, Reuters melaporkan.

Warga berbaris di unit vaksinasi kelilingi untuk penyakit coronavirus (COVID-19) di Beijing, China, 14 April 2021. [Foto: REUTERS/Thomas Peter]

Meskipun tingkat vaksinasi secara nasionalnya tinggi, namun cakupan vaksinasi tidak merata di antara orang tua, kelompok rentan yang menghadapi risiko tinggi kasus parah dan kematian setelah infeksi.

Tingkat vaksinasi untuk mereka yang berusia lebih dari 80 tahun sedikit di atas 40%, turun di bawah 30% di beberapa daerah, kata Zheng Zhongwei, pejabat NHC lainnya, dalam sebuah wawancara dengan penyiar CCTV — lembaga penyiaran negara — pada hari Senin.

China sebelumnya dilaporkan telah memerintahkan beberapa kota perbatasan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap COVID-19 dengan langkah-langkah seperti tes wajib bagi para pelancong. Langkah itu dilakukan dalam upayanya untuk mencegah klaster yang disebabkan oleh virus yang datang dari luar negeri.

Sejak pertengahan Oktober 2021, kasus simtomatik yang ditularkan secara lokal telah meningkat menjadi lebih dari 2.000, dengan beberapa kota kecil di utara yang berbatasan dengan Rusia atau Mongolia, di antara yang paling terpukul, karena sumber daya kesehatan di sana lebih sedikit dibanding di kota-kota besar, Reuters melaporkan.

Penumpang yang mengenakan masker turun dari kereta api di stasiun kereta api Suifenhe, kota provinsi Heilongjiang di perbatasan dengan Rusia, saat penyebaran penyakit virus corona baru (COVID-19) berlanjut di negara itu, China, 11 April 2020. [Foto: REUTERS/ Huizhong Wu]

“Ada beberapa wabah lokal di China baru-baru ini, semuanya disebabkan oleh virus yang diimpor dari luar negeri melalui kota-kota dengan pelabuhan masuk,” kata pemerintah dalam sebuah pemberitahuan, mengutip kelemahan daerah setempat dalam pemantauan dan kegagalan untuk menegakkan tindakan.

Orang yang berniat meninggalkan kota perbatasan dengan pelabuhan masuk darat harus menunjukkan bukti hasil tes negatif dalam waktu 48 jam sebelum keberangkatan, bunyi pemberitahuan itu, yang mengecualikan mereka yang berasal dari kota dengan pelabuhan masuk yang terhubung ke Hong Kong atau Makau.

Kedatangan di kota-kota tersebut harus mengikuti setidaknya satu tes COVID-19, tambah pemberitahuan oleh otoritas nasional yang bertanggung jawab atas pengendalian COVID-19.

Kebijakan tes COVID-19 wajib ini akan berjalan hingga 15 Maret tahun depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Afrika Selatan Bilang Belum Ada Sinyal Peningkatan Keparahan Omicron

BTS Berhasil Sapu Bersih Daesang di MAMA 2021; Total Raih 9 Penghargaan!