CakapCakap – Cakap People! Taliban telah melarang perempuan Afghanistan tampil dalam drama televisi.
Pengambilalihan kelompok militan atas Afghanistan awal tahun ini segera memicu kekhawatiran akan kesejahteraan perempuan. Meskipun juru bicara tampaknya meredakan kekhawatiran para komentator di seluruh dunia, banyak kekhawatiran menjadi kenyataan, dengan para perempuan diminta tinggal di rumah dan janji untuk membuat mereka bekerja dan belajar belum direalisasikan.
Di bawah aturan baru yang diberlakukan oleh pemerintah Taliban, yang disebut sebagai ‘pedoman agama’, perempuan tidak lagi diizinkan membintangi drama TV, meskipun saluran menayangkan film asing yang mayoritas bintangnya adalah perempuan, melansir Unilad.co.uk.
The eight-article order of the Ministry of Promotion of Virtue and Prevention of Vice of the Taliban to the media:
1- The media should not broadcast serials in which women have played a role.
2- It is forbidden to broadcast comedy programs in which people gets humiliated.1/3 pic.twitter.com/31TVKks2CE
— Natiq Malikzada (@natiqmalikzada) November 21, 2021
Menurut laporan DW, aturan ini adalah yang pertama di negara tersebut, dan berasal dari Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan. Daftar ini menampilkan delapan rekomendasi secara total.
Selain itu, jaringan televisi Afghanistan diminta untuk tidak menayangkan sinetron dan program lain yang menampilkan aktor perempuan, film dan acara yang melanggar nilai-nilai Afghanistan atau Islam juga dilarang, termasuk penggambaran Nabi Muhammad dan tokoh lainnya. Film asing yang mengusung nilai budaya dari negara lain juga tidak boleh ditayangkan.
Wartawan dan presenter perempuan juga telah diperintahkan untuk mengenakan jilbab di layar, tetapi aturannya belum menetapkan secara pasti penutup mana yang harus mereka gunakan, sehingga dapat diinterpretasikan. Aturan yang lain juga menyatakan, ‘Dilarang menyiarkan program komedi yang mempermalukan orang.’
Film dan pertunjukan yang menyertakan cuplikan tubuh laki-laki, ‘termasuk torso telanjang’ dan bagian intim lainnya dari tubuh, juga dilarang.
Menurut juru bicara kementerian Hakif Mohajir, “Ini bukan aturan tapi pedoman agama,” dan meski tidak wajib, tapi aturan itu harus diingat.
Namun, Hujjatullah Mujaddedi, anggota organisasi yang mewakili wartawan di Afghanistan, menyatakan keprihatinan atas aturan tersebut. Dia mengatakan kepada BBC News bahwa aturan itu tidak praktis dan mungkin melihat beberapa penyiar terpaksa mundur jika tidak dapat diimplementasikan.