CakapCakap – Cakap People! Mendapatkan suntikan booster dengan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech atau Moderna semakin mengurangi risiko infeksi hingga lebih dari 60 persen.
Mereka yang telah mengambil suntikan booster Moderna setelah dua dosis Pfizer-BioNTech menunjukkan pengurangan risiko infeksi sebesar 72 persen, sementara mereka yang mengambil suntikan booster Pfizer setelah dua suntikan vaksin Pfizer mengurangi risiko infeksi sebesar 62 persen.
Statistik tersebut dibagikan oleh Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung pada Senin malam, 15 November 2021, dalam konferensi pers virtual yang diadakan oleh gugus tugas multi-kementerian tentang COVID-19, melansir laporan The Straits Times.
Ong mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura baru-baru ini melakukan studi tentang efektivitas relatif vaksin Pfizer dan Moderna sebagai suntikan booster dalam hal mengurangi risiko infeksi, dan membandingkan kedua kombinasi tersebut.
Satu kombinasi yang mungkin adalah tiga suntikan vaksin Pfizer secara berurutan (dua suntikan reguler dan satu booster) sedangkan kombinasi lainnya adalah suntikan booster Moderna setelah dua dosis suntikan reguler vaksin Pfizer.
Ong mencatat bahwa hasil untuk kombinasi lain, seperti booster Pfizer setelah dua dosis suntikan Moderna, tidak memiliki ukuran sampel yang besar dan karenanya mungkin tidak menghasilkan statistik yang berarti.
Ong dan direktur layanan medis Singapura Kenneth Mak mengambil suntikan booster Moderna setelah dua suntikan vaksin Pfizer.
Ong juga menjelaskan mengapa cakupan vaksin Singapura dilaporkan sudah mencapai 85 persen tapi terlihat lebih rendah dari angka yang dilaporkan di beberapa negara lain.
“Ini karena beberapa negara melaporkan cakupan vaksin terhadap populasi yang memenuhi syarat, sedangkan kami melaporkan cakupan vaksin terhadap total populasi,” katanya.
Artinya, dari 15 persen sisanya yang tidak divaksinasi, 1 persen di antaranya tidak tinggal di Singapura, 9 persen adalah anak-anak di bawah 12 tahun dan tidak memenuhi syarat, dan 5 persen sisanya memenuhi syarat tetapi memilih untuk tidak divaksinasi, dia menambahkan.
“Jadi jika kita hitung ulang berdasarkan populasi yang memenuhi syarat, kita sekitar 94 persen divaksinasi. Ini adalah salah satu cakupan tertinggi di dunia,” kata Ong.