CakapCakap – Cakap People! Indonesia memperkirakan peningkatan ekspor dan pemulihan konsumsi rumah tangga akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi 4,5% pada kuartal ketiga, menyempurnakan perkiraan sebelumnya untuk pertumbuhan 4-5%, tetapi tantangan ada di depan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan pada hari Senin, 25 Oktober 2021.
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini tumbuh 7,07% pada kuartal kedua, tetapi gelombang baru infeksi COVID-19 pada Juli, yang dipicu oleh penyebaran varian Delta, dan langkah-langkah untuk mengendalikan wabah telah merusak pemulihan ekonomi di dalam negeri, melansir laporan Today Online.
Data kuartal ketiga akan dirilis pada 5 November 2021 mendatang.
Mengacu pada perkiraan baru kuartal ketiga sebagai revisi ke atas, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan indikator permintaan domestik telah membaik sejak minggu kedua Agustus, ketika langkah-langkah anti virus mulai dilonggarkan.
Ekspor dari Indonesia, pengekspor batubara termal dan minyak sawit terbesar di dunia, juga melonjak di tengah rekor harga yang tinggi.
“Ini menunjukkan ekonomi Indonesia cukup bullish,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers online, seraya menambahkan bahwa dampak ekonomi dari kebangkitan virus itu dipandang “tidak terlalu dalam”.
Menteri juga memberikan perkiraan resmi baru untuk pertumbuhan setahun penuh tahun 2021 sebesar 4%, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,7% hingga 4,5%.
Analis memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 3,2% pada kuartal Juli-September, dan 4,6% pada kuartal saat ini, sementara pertumbuhan 2021 terlihat sebesar 3,4%, menurut survei Reuters bulan ini.
“Pada kuartal IV, potensi rebound masih ada, meski dengan laju yang lebih normal. Namun rebalancing aktivitas ekonomi di China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa bisa mempengaruhi kita di kuartal IV dan tahun depan,” kata Sri Mulyani.
Dia menyebutkan kemungkinan tapering di Amerika Serikat dan Uni Eropa, potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan kenaikan inflasi secara global, di antara ketidakpastian lainnya, sebagai potensi hambatan bagi pemulihan Indonesia.
Pemerintah mengantisipasi volatilitas pasar keuangan dan permintaan yang lebih rendah untuk barang dari pasar negara berkembang karena peristiwa global ini, tambahnya.