CakapCakap – Cakap People! Guru dan staf sekolah di Singapura yang belum divaksinasi COVID-19 akan menjalani tes antigen cepat (Antigen Rapid Test/ART) dua kali seminggu mulai 1 Oktober 2021. Langkah ini sebagai bagian dari vaksinasi baru atau tes reguler.
Ini juga akan berlaku untuk pegawai non-pemerintah yang memiliki kontak rutin dengan siswa berusia 12 tahun ke bawah, termasuk mereka yang bekerja di pusat pendidikan dan pengayaan, kata Menteri Pendidikan Singapura Chan Chun Sing dalam sebuah posting Facebook pada hari Jumat, 13 Agustus 2021, mengutip laporan The Straits Times.
Pada saat yang sama, petugas kebersihan di pusat pendidikan dan pengayaan yang melayani siswa berusia 12 tahun ke bawah juga akan diminta untuk menjalani pengujian rutin di bawah aturan Fast and Easy Testing (FET) mulai 3 September 2021.
Staf di sekolah yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi, seperti guru kebersihan dan guru pendidikan jasmani (physical education/PE) yang melakukan aktivitas tanpa masker sebagai bagian dari pelajaran olahraga, diharuskan menjalani pengujian setiap dua minggu sebagai bagian dari aturan FET, sekalipun jika mereka sudah divaksinasi COVID-19.
Ini adalah salah satu langkah yang diambil oleh Kementerian Pendidikan Singapura untuk mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan terhadap kasus COVID-19 di sekolah saat Singapura bergerak menuju hidup dengan endemik COVID-19.
Awal bulan ini, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa “vaksinasi atau tes reguler” akan diperkenalkan di beberapa tempat kerja mulai 1 Oktober, termasuk tempat dengan anak-anak berusia 12 tahun ke bawah.
Aturan tes COVID-19 dua kali seminggu berlaku untuk mereka yang belum sepenuhnya divaksinasi, tidak divaksinasi, atau secara medis tidak memenuhi syarat untuk vaksinasi terhadap COVID-19.
Dalam postingannya, Chan mengatakan bahwa sekitar 216 siswa dari 600.000 populasi siswa Singapura terinfeksi virus COVID-19 dari Mei hingga Juli. Sekitar setengah dari mereka – 103 – adalah siswa sekolah dasar.
Lebih dari setengah kasus diisolasi melalui cuti tidak hadir (leave of absence/LOA) atau perintah karantina (quarantine order/QO) sebelum mereka dinyatakan positif, yang berarti tidak diperlukan pelacakan kontak di sekolah karena tidak menimbulkan risiko bagi teman sekolah mereka, kata menteri.
Selama tiga bulan tersebut, lebih dari 20.000 siswa di 50 sekolah ditempatkan pada pembelajaran berbasis rumah pada waktu yang berbeda dan untuk periode waktu yang berbeda.
Tak satu pun dari siswa ini yang positif COVID-19, karena semua kontak dekat dari kasus yang dikonfirmasi telah ditempatkan di LOA atau QO, kata Chan.
Sejak awal Agustus, kementerian telah bergerak ke arah pendekatan yang lebih tepat sasaran dalam menangani infeksi COVID-19, katanya.
Ia mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan Singapura akan memperluas opsi untuk metode pengujian yang kurang invasif, untuk memungkinkan anak-anak dan keluarga mengalami gangguan yang lebih sedikit ketika infeksi COVID-19 terungkap.
“Pengujian akan memungkinkan kami untuk lebih tepat sasaran dalam hal siapa yang harus menjauh dari sekolah dan untuk berapa lama,” katanya.
Misalnya, dengan pengujian yang lebih teratur dan lebih cepat menggunakan ART yang diberikan sendiri, siswa dan staf yang dites negatif dapat kembali ke sekolah lebih awal.
Kementerian itu juga mencatat dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa menempatkan lebih banyak kelas atau level pada pembelajaran berbasis rumah tetap menjadi pilihan jika ada risiko penularan di luar kontak dekat.
Sekolah akan terus memantau kesehatan siswa dan staf lebih dekat sebagai tindakan pencegahan tambahan, katanya.