in ,

WHO Serukan Penghentian Suntikan Vaksin COVID-19 Booster Hingga Akhir September; Kesenjangan Vaksinasi Melebar!

“Kita membutuhkan pembalikan mendesak dari sebagian besar vaksin yang dikirimkan ke negara-negara berpenghasilan tinggi dialihkan ke mayoritas negara-negara berpenghasilan rendah,” kata Tedros.

CakapCakapCakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan penghentian sementara penggunaan vaksin COVID-19 booster hingga setidaknya akhir September. Demikian disampaikan Direktur Jendral (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 4 Agustus 2021, ketika kesenjangan antara vaksinasi di negara-negara kaya dan miskin melebar.

Reuters melaporkan. seruan untuk moratorium adalah pernyataan terkuat dari badan PBB itu pada saat negara-negara mempertimbangkan perlunya booster untuk memerangi virus corona varian Delta yang menyebar dengan cepat.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). [Foto: Laurent Gillieron/Keystone via AP, File]

“Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi masyarakatnya dari varian Delta. Tetapi kita tidak bisa menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global untuk menggunakan lebih banyak lagi,” tambah Tedros.

Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat, menurut WHO. Negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.

“Kita membutuhkan pembalikan mendesak dari sebagian besar vaksin yang dikirimkan ke negara-negara berpenghasilan tinggi dialihkan ke mayoritas negara-negara berpenghasilan rendah,” kata Tedros.

Untuk melawan penyebaran varian Delta, diketahui beberapa negara kini telah mulai menggunakan atau mulai mempertimbangkan kebutuhan dosis booster bahkan ketika para ilmuwan memperdebatkan apakah suntikan tambahan itu diperlukan atau tidak.

“Fakta bahwa kita memvaksinasi orang dewasa yang sehat dengan dosis booster vaksin COVID-19 adalah cara berpikir yang picik,” kata Elin Hoffmann Dahl, penasihat medis penyakit menular untuk kampanye akses Medecins Sans Frontieres.

“Dengan munculnya varian baru, jika kita terus membiarkan sebagian besar dunia tidak divaksinasi, kita pasti akan membutuhkan vaksin yang disesuaikan di masa depan,” kata Dahl kepada Reuters.

Foto: Reuters]

Pekan lalu, Presiden Israel Isaac Herzog menerima suntikan ketiga vaksin virus corona, memulai kampanye untuk memberikan dosis booster kepada orang berusia di atas 60 tahun di negara itu.

Amerika Serikat pada bulan Juli menandatangani kesepakatan dengan Pfizer Inc dan mitranya dari Jerman, BioNTech, untuk membeli 200 juta dosis tambahan vaksin COVID-19 mereka untuk membantu vaksinasi anak serta kemungkinan suntikan booster.

Regulator kesehatan AS masih melakukan assessment soal perlu atau tidaknya dosis booster.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Manila Lockdown Dua Minggu saat Kasus Harian COVID-19 Filipina Capai Level Tertinggi Dalam Empat Bulan

Vaksin COVID-19 Moderna Tetap 93 Persen Efektif 4-6 Bulan Setelah Dosis Kedua