CakapCakap – Cakap People! Korea Utara telah melakukan tes virus corona pada sekitar 35.000 orang sejauh ini tetapi tidak menemukan infeksi. Demikian dikatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa, 13 Juli 2021, di tengah penyebaran global varian delta yang lebih menular.
Menurut laporan mingguan WHO tentang COVID-19, 718 warga Korea Utara menjalani tes virus dari 25 Juni hingga 1 Juli, sehingga jumlah total warga yang telah diuji menjadi 32.512, tetapi tidak ada yang terinfeksi, seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Dari 718 warga negara yang baru diuji, 127 orang dengan gejala ternyata adalah mereka yang menderita penyakit mirip flu atau penyakit pernapasan akut, kata laporan itu.
Korea Utara telah mengklaim bebas dari virus corona tetapi telah mengambil tindakan yang relatif cepat dan keras terhadap pandemi, seperti memberlakukan kontrol perbatasan yang ketat sejak awal tahun lalu.
Korea Utara diperkirakan akan menerima sekitar 2 juta dosis vaksin virus corona melalui program distribusi vaksin global, tetapi belum dikirim ke negara itu.
Akui kekurangan pangan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un secara resmi mengakui bahwa negaranya menghadapi kekurangan pangan.
Berbicara pada pertemuan para pemimpin senior, Kim mengatakan: “Situasi pangan rakyat sekarang semakin genting”, seperti dikutip BBC News, Kamis, 17 Juni 2021.
Kim mengatakan sektor pertanian gagal memenuhi target gandumnya karena topan tahun lalu, yang menyebabkan banjir.
Ada laporan bahwa harga makanan telah melonjak di Korea Utara, dengan NK News melaporkan bahwa satu kilogram pisang berharga $45 (Rp 651.235).
Korea Utara telah menutup perbatasannya untuk menahan penyebaran COVID-19.
Akibatnya perdagangan dengan China anjlok. Korea Utara bergantung pada China untuk makanan, pupuk, dan bahan bakar.
Korea Utara juga berjuang di bawah sanksi internasional, yang diberlakukan karena program nuklirnya.
Pemimpin otoriter negara satu partai itu berbicara tentang situasi pangan di komite pusat Partai Buruh yang berkuasa yang dimulai minggu ini di ibu kota Pyongyang.
Dalam pertemuan tersebut, Kim mengatakan bahwa output industri nasional telah tumbuh seperempat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Para pejabat diharapkan untuk membahas hubungan dengan AS dan Korea Selatan selama acara tersebut tetapi belum ada rincian yang dirilis.
Pada bulan April, Kim membuat pengakuan langka tentang kesulitan yang membayangi, menyerukan para pejabat untuk “melakukan ‘Harduous March‘ lagi, untuk meringankan rakyat kita dari kesulitan, bahkan sedikit”.
Harduous March adalah istilah yang digunakan oleh pejabat Korea Utara untuk merujuk pada perjuangan negara itu selama kelaparan tahun 1990-an, ketika jatuhnya Uni Soviet meninggalkan Korea Utara tanpa bantuan penting.
Jumlah total warga Korea Utara yang mati kelaparan pada saat itu tidak diketahui, tetapi perkiraan berkisar hingga tiga juta.