CakapCakap – Cakap People! Otoritas Rusia sedang menyelidiki kemungkinan varian baru COVID-19 di tengah lonjakan kasus yang tiba-tiba negara tersebut.
Melansir The Telegraph, pada hari Rabu, 16 Juni 2021, Rusia melaporkan 13.397 kasus baru di mana sekitar setengahnya berada di ibu kota, Moskow. Rusia juga mencatatkan 396 kematian.
Varian Delta yang lebih menular – sekarang terdeteksi di 74 negara dan di belakang gelombang kedua COVID yang menghancurkan India – telah diidentifikasi di Rusia. Akan tetapi, ada juga kekhawatiran bahwa varian baru Moskow mungkin berada di balik lonjakan kasus baru-baru ini.
Denis Logunov, wakil direktur Institut Gamaleya, yang mengembangkan vaksin Sputnik V Rusia, mengatakan kepada kantor berita milik negara Rusia TASS, bahwa ibu kota negara itu kemungkinan memiliki varian Moskow sendiri.
Dia mengatakan, para ilmuwan di institut itu sedang memantau sejumlah kasus. Pihak berwenang tidak merilis informasi tentang jenis baru apa pun dan itu tidak termasuk dalam daftar varian yang mendapat perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Alexander Gitsburg, kepala Institut Gamaleya, mengatakan pada hari Rabu bahwa para ilmuwan sedang bekerja untuk menentukan momok varian yang beredar di Moskow. “Ini bukan hanya satu varian Wuhan tetapi juga varian India yang bermutasi,” jelas Gitsburg kepada The Telegraph.
Lembaga itu mengatakan vaksin buatan Rusia kurang efektif melawan varian Delta. Akan tetapi, Dr Gitsburg mengatakan perbedaan efektivitas tidak terlalu signifikan.
“Sputnik V memicu konsentrasi antibodi yang tinggi. Jika seseorang mendapatkan vaksin, mereka akan terlindungi dari varian India,” katanya.
Tingkat infeksi yang melonjak di Moskow telah mendorong kepala kesehatan masyarakat kota untuk memerintahkan industri tertentu untuk memastikan vaksinasi setidaknya 60% dari karyawan mereka. Pengumuman tersebut mencakup pekerja seperti penata rambut, sopir taksi, guru dan artis.
Kebijakan itu mengejutkan banyak orang di Rusia, setelah Presiden Vladimir Putin dan pejabat tinggi lainnya mengkritik tingkat vaksinasi yang rendah tetapi bersikeras bahwa vaksinasi tidak diwajibkan.
Presiden Putin mengatakan pada hari Sabtu bahwa hanya 18 juta dari 144 juta penduduk Rusia yang telah divaksinasi. Moskow telah mengekspor dosis vaksin Sputnik V-nya, bahkan ketika warga Rusia sendiri enggan untuk mendapatkan suntikan tersebut.
Uji coba menunjukkan, vaksin Sputnik V 91% efektif terhadap varian COVID original. Akan tetapi, vaksin yang sudah disetujui oleh otoritas Rusia Agustus lalu memicu skeptisisme di antara banyak ilmuwan di luar Rusia karena hanya data awal yang tersedia.