CakapCakap – Cakap People! Rusia dan Venezuela melanjutkan pembicaraan tentang pasokan senjata baru ke Venezuela, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada hari Selasa, 22 Juni 2021, setelah pembicaraan dengan rekannya dari Venezuela, Jorge Arreaza.
“Mengenai apakah Rusia siap untuk terus membantu Venezuela, termasuk dalam hal memperkuat kapasitas pertahanannya, kami tidak hanya siap, kami tidak pernah berhenti melakukan itu. Sistem Rusia, produk pertahanan telah dipasok ke tentara Venezuela. Spesialis kami sedang bekerja di sana di bawah kontrak untuk melayani kendaraan-kendaraan ini,” katanya, seperti dikutip kantor berita Rusia, TASS.
“Dan kami melanjutkan pembicaraan tentang pasokan lebih banyak senjata ini atau senjata yang diinginkan teman-teman Venezuela kami berdasarkan kebutuhan tentara dan pasukan keamanan mereka.”
Kerja sama teknis militer antara Rusia dan Venezuela diatur oleh perjanjian antar pemerintah Mei 2001.
Sementara itu, melansir Sputnik News, diketahui bahwa Venezuela memiliki hubungan persaudaraan dengan Rusia dan bersedia untuk terus mengembangkan kemitraan strategis ini, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengatakan pada hari Selasa dalam pertemuan dengan diplomat tinggi Rusia Sergei Lavrov di Moskow.
“Kemitraan strategis kami adalah persaudaraan. Itu dikonfirmasi di masa-masa sulit … Kami memiliki lebih dari 260 perjanjian yang ditandatangani, dan 50 perjanjian sedang dalam proses diskusi,” kata Arreaza, seperti dikutip Sputnik News.
Menteri Venezuela berterima kasih kepada Rusia atas dukungan tanpa syaratnya dalam beberapa tahun terakhir, ketika Venezuela telah menjadi korban dari apa yang disebutnya agresi, serangan, dan pelanggaran hukum internasional. Areaza menambahkan bahwa dia yakin bahwa pembicaraan akan membantu kedua negara lebih meningkatkan kerja sama di semua bidang.
“Koordinasi multilateral, hubungan bilateral, kita selalu berada di jalan keadilan bersama,” pungkasnya.
Sementara itu, Lavrov mengatakan bahwa Rusia mendukung Venezuela dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya, khususnya upaya untuk campur tangan dalam urusan internalnya, mengacu pada tindakan AS.
“Tentu saja, isu utama dalam agenda global hari ini adalah untuk memastikan bahwa tidak ada yang mempertanyakan hak negara dan bangsa untuk secara mandiri memilih jalan pembangunan mereka,” kata Lavrov.
Pada Januari 2019, Venezuela terjerumus ke dalam krisis politik ketika mantan kepala Majelis Nasional yang dikendalikan oposisi, Juan Guaido, menyatakan dirinya sebagai presiden sementara dalam upaya untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro yang terpilih kembali dari kekuasaan.
Amerika Serikat dan sebagian besar negara Barat mendukung Guaido dan memberlakukan sanksi yang melumpuhkan terhadap Venezuela.
Pembatasan secara khusus menargetkan industri minyak dan keuangan negara itu. Akibatnya, total $5,5 miliar aset Venezuela telah dibekukan di bank-bank internasional.
Rusia, Cina, Turki, dan beberapa negara lain telah mendukung Maduro.
Menteri Venezuela berada di ibu kota Rusia dalam kunjungan resmi dari 21-23 Juni.