Warga Dusun Parang Tinggia, Maros, Sulawesi Selatan telah hidup berdampingan dengan kelelawar yang jumlahnya mencapai puluhan ribu ekor. Bahkan diperkirakan warga setempat sudah hidup rukun bersama kelelawar tersebut selama lebih dari 40 tahun. Biasanya kelelawar tersebut bergelantungan di pohon sekitar rumah warga.
Meskipun begitu puluhan ribu kelelawar tersebut bisa dipastikan tak ada satupun yang memakan tanaman buah miliki warga. Padahal biasanya warga sekitar banyak yang menanam mangga dan pisang. Hal inilah yang menjadikan Dusun Parang Tinggia disebut sebagai Kampung Batman.
Kondisi tersebut juga diimbangi oleh sikap warga setempat yang juga ikut membantu melestarikan kelelawar tersebut dengan cara tidak menangkap maupun mengusik. Warga sekitar sudah sangat dekat dengan kelelawar tersebut bahkan jika ada kelelawar yang jatuh atau sakit, warga akan segera memberikan perawatan seolah seperti hewan peliharaan sendiri.
Menjelang petang tiba, biasanya puluhan ribu ekor kelelawar tersebut akan terbang mencari makan dan bergerak keluar kampung. Tujuan para kelelawar tersebut adalah untuk menuju ke hutan yang berada di Pegunungan Karst dan lokasinya tak jauh dari kampung tersebut. Jika subuh tiba, kelelawar tersebut akan kembali ke kampung tersebut dan hinggap dipepohonan.
Menurut keterangan warga setempat kelelawar memang binatang tetapi mereka mampu menjaga harmoni dengan warga setempat. Selain itu ternyata adanya puluhan ribu kelelawar tersebut memiliki cerita tersendiri. Dimana dahulu kelelawar tersebut dipelihara oleh tokoh adat setempat yang bernama Kamaruddin Daeng Pawata.
Menurut cerita, awalnya tokoh tersebut hanya memelihara 3 ekor kelelawar tetapi lama kelamaan kelelawar tersebut berkembangbiak sampai saat ini. Jumlah kelelawar tersebut kian bertambah hingga mencapai puluhan ribu ekor. Hal ini membuat Kamaruddin sang pemilik kelelawar tak bisa mengenai tiga ekor kelelawar yang awalnya ia pelihara.
Jika dilihat dari bentuk fisiknya, kelelawar yang berada di Dusun ini tergolong langka dan berbeda dari kelelawar pada umumnya. Karena kelelawar di dusun ini mempunyai bulu putih pada bagian dadanya.
Bahkan berbagai penelitian sudah pernah dilakukan terhadap kelelawar di dusun ini dan hasilnya membuktikan bahwa kelelawar ini hanya dapat ditemukan di Amerika Latin saja. Meskipun begitu, hingga saat ini masih banyak orang yang penasaran dan terus melakukan penelitian untuk mengetahui asal puluhan ribu ekor kelelawar tersebut.
Meskipun jumlahnya kini sudah sangat banyak tetapi bagi Kamaruddin serta warga setempat, adanya kelelawar ini membawa berkah bagi warga sekitar. Hal tersebut dikarenakan kelelawar tersebut membuat hama padi jenis burung dan wereng yang bisa merusak tanaman padi enggan mendekat karena takut terhadap kelelawar.