CakapCakap – Cakap People! Para peneliti di barat laut China telah menemukan spesies baru badak raksasa purba yang diyakini lebih tinggi dari jerapah.
Badak raksasa, yang juga dikenal sebagai Paraceratherium itu dianggap sebagai mamalia darat terbesar yang pernah berjalan di Bumi. Beratnya mencapai 21 ton, ditemukan di Asia, terutama China, Mongolia, Kazakhstan, dan Pakistan pada 26,5 juta tahun yang lalu.
Menyusul penemuan fosil pada tahun 2015, yang ditemukan oleh tim Tiongkok dan Amerika Serikat yang dipimpin oleh Deng Tao dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology, spesies baru ini akhirnya diberi nama: Paraceratherium linxiaense, melansir Unilad.co.uk.
Giant rhino unearthed in China was one of largest mammals ever to live https://t.co/SBJe5TVZIe pic.twitter.com/ZtW7C7UkAE
— New Scientist (@newscientist) June 18, 2021
Menurut rilis berita dari Chinese Academy of Sciences, spesies baru ini akan menawarkan wawasan tentang penyebaran badak raksasa di seluruh Asia.
‘Biasanya fosil ditemukan telah berkeping-keping, tapi yang ini lengkap, dengan tengkorak yang sangat lengkap dan rahang yang sangat lengkap, yang jarang terjadi. Tengkorak itu panjangnya lebih dari [tiga kaki], dan sangat jarang tengkorak sebesar itu diawetkan… kami juga menemukan tulang belakang leher,” kata Deng kepada CNN.
Tidak seperti badak lainnya, spesies ini tidak bertanduk. Kepalanya mampu mencapai sepanjang 23 kaki di udara untuk merumput di puncak pohon, jauh lebih tinggi daripada jerapah pada ukuran terbesarnya.
New Paraceratherium Species?
Could this take the title of largest land mammal ever away from Paleoloxodon Namidicus? pic.twitter.com/yjn2vlhrE9
— SAVE THE MEGAFAUNA (@re_rank) June 18, 2021
Para ilmuwan percaya spesies itu terkait erat dengan badak raksasa yang pernah ditemukan di Pakistan, menunjukkan bahwa mereka telah melakukan perjalanan melintasi Asia Tengah dan lebih jauh lagi, menunjukkan kondisi lingkungan Dataran Tinggi Tibet pada saat itu.
“Kondisi tropis memungkinkan badak raksasa kembali ke utara ke Asia Tengah, menyiratkan bahwa wilayah Tibet masih belum terangkat sebagai dataran tinggi,” kata Deng.
“Selain itu, migrasi hewan terkait dengan perubahan iklim. Jadi 31 juta tahun yang lalu, ketika dataran tinggi Mongolia mengering, mereka bergerak ke selatan… kemudian cuaca menjadi basah dan mereka kembali ke utara. Oleh karena itu, penemuan ini sangat penting untuk mempelajari seluruh proses pengangkatan dataran tinggi, iklim dan lingkungan,’ tambahnya.
Studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Communications Biology.