CakapCakap – Cakap People! Filipina dan China mengadakan pembicaraan “ramah dan jujur” di Laut China Selatan. Demikian kata Kementerian Luar Negeri Filipina pada hari Sabtu, 22 Mei 2021, beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri Filipina memerintahkan kapal China keluar dari jalur air yang disengketakan dalam sebuah tweet berisi sumpah serapah.
Kehadiran ratusan kapal China di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil Filipina telah menjadi sumber ketegangan terbaru antara kedua negara di Laut China Selatan, yang dilalui barang senilai $ 3 triliun setiap tahun.
Filipina mengatakan kapal-kapal yang melanggar diawaki oleh milisi, sementara Beijing mengatakan mereka adalah kapal penangkap ikan yang berlindung dari cuaca buruk.
“Kedua belah pihak telah bersahabat dan jujur tentang situasi umum dan masalah khusus yang menjadi perhatian di Laut China Selatan,” di bawah mekanisme konsultasi bilateral yang diadakan pada tahun 2016 untuk meredakan ketegangan di jalur air strategis, kata Departemen Luar Negeri (Department of Foreign Affairs – DFA) dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.
“Ada pengakuan bersama tentang pentingnya dialog dalam meredakan ketegangan dan memahami posisi dan niat masing-masing negara di kawasan itu,” kata DFA.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin menyamakan China dengan “orang bodoh” karena perilakunya di perairan tersebut.
“China, my friend, how politely can I put it? Let me see… O…GET THE FUCK OUT,” tweet Locsin di akun pribadinya.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang lebih memilih untuk tidak memprovokasi Beijing dan ingin memanfaatkannya untuk pinjaman dan investasi, melarang para menterinya berbicara tentang situasi Laut China Selatan di depan umum setelah ledakan tersebut.
Juga dibahas dalam dialog hari Jumat adalah perselisihan tentang tenggelamnya kapal nelayan Filipina pada Juni 2019 oleh kapal penangkap ikan China yang menelantarkan para nelayan Filipina di Laut Cina Selatan.
Kementerian Kehakiman Filipina akan meminta kompensasi bagi para korban, kata DFA.
Terlepas dari ketegangan baru-baru ini, hubungan antara Filipina dan China telah membaik di bawah Duterte, yang menggambarkan putusan arbitrase tahun 2016 di Laut China Selatan yang menguntungkan Filipina hanya sebagai “selembar kertas” yang bisa dia buang ke tempat sampah.
Tetapi Filipina mengulangi seruannya pada Beijing untuk menghormati hukum internasional, termasuk putusan arbitrase selama pembicaraan, kata DFA.