CakapCakap – Cakap People! Komisi Uni Eropa (UE) telah memutuskan untuk tidak memperbarui kontrak vaksin COVID-19 tahun depan dengan AstraZeneca dan Johnson & Johnson (J&J). Demikian harian Italia La Stampa melaporkan pada hari Rabu, 14 April 2021, mengutip sumber dari Kementerian Kesehatan Italia.
“Komisi Eropa, dalam kesepakatan dengan para pemimpin banyak negara (UE), telah memutuskan bahwa kontrak dengan perusahaan yang memproduksi vaksin (vektor virus) yang berlaku untuk tahun ini tidak akan diperbarui pada saat waktunya berakhir,” surat kabar tersebut melaporkan, seperti dikutip Reuters.
Laporan itu menambahkan bahwa Brussels lebih suka fokus pada vaksin COVID-19 menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA), seperti Pfizer dan Moderna.
Seorang juru bicara Komisi Uni Eropa mengatakan pihaknya tetap membuka semua opsi untuk bersiap menghadapi tahap pandemi berikutnya, untuk tahun 2022 dan seterusnya.
“Kami tidak bisa, bagaimanapun, mengomentari masalah kontrak,” tambah juru bicara itu.
Kemudian pada hari Rabu Presiden Komisi Eropa mengatakan Uni Eropa sedang dalam pembicaraan dengan Pfizer dan BionTech untuk kontrak baru untuk 1,8 miliar dosis, mengonfirmasikan laporan Reuters dari minggu lalu.
“Kita perlu fokus pada teknologi yang telah membuktikan nilainya. Vaksin mRNA adalah contoh kasus yang jelas, ”tambahnya.
Kementerian Kesehatan Italia menolak berkomentar.
Komisi Eropa sedang mencari klarifikasi dari J&J tentang pengumuman perusahaan yang “benar-benar tidak terduga” tentang penundaan pengiriman vaksin COVID-19 ke UE, seorang pejabat UE mengatakan kepada Reuters, Selasa.
COVID-19 Global
Virus corona baru yang menjadi penyebab penyakit COVID-19 ini telah menginfeksi lebih dari 138 juta orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 2,97 juta orang meninggal dunia akibat virus tersebut saat artikel ini, menurut data yang dihimpun Worldometers.
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan infeksi dan kematian COVID-19 tertinggi nomor satu di dunia, dengan telah melaporkan total lebih dari 32 juta orang, dan 577.000 korban jiwa.
India menyusul di posisi kedua untuk infeksi COVID-19, dengan telah mencatat sebanyak lebih dari 13,96 juta kasus, sedangkan angka kematian mencapai lebih dari 172.000 orang.
Brasil melengkapi tiga besar untuk total infeksi yaitu sebanyak lebih dari 13,60 juta orang. Angka kematian di negara ini adalah tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat, yaitu lebih dari 358.000.