CakapCakap – Cakap People! Di tengah reaksi atas penggunaan ‘paspor vaksin’, semua orang di Inggris akan ditawari tes COVID-19 gratis dua kali seminggu. Demikain diumumkan Perdana Menteri Boris Johnson.
Kabar itu datang seminggu sebelum pelonggaran lockdown nasional besar berikutnya di Inggris, dengan ritel non-esensial, penata rambut, pusat kebugaran dan perhotelan luar ruangan akan dibuka pada 12 April dengan aturan tertentu yang berlaku.
Mulai Jumat ini, 9 April 2021, tes cepat COVID-19 – yang dapat memberikan hasil tes dalam waktu sekitar 30 menit – akan tersedia dua kali seminggu untuk orang-orang di Inggris, menandai perpanjangan skema pengujian COVID-19 dari pemerintah.
Mengutip Unilad.co.uk, dalam sebuah pernyataan, PM Johnson mengatakan: “Saat kita terus membuat kemajuan yang baik dalam program vaksin dan dengan roadmap secara hati-hati mengurangi pembatasan yang sedang berjalan, pengujian cepat yang teratur bahkan lebih penting untuk memastikan upaya tersebut tidak sia-sia.”
Tes arus lateral sudah tersedia untuk orang-orang dalam kategori tertentu, dari anak sekolah dan keluarganya hingga pekerja lain yang harus meninggalkan rumah. Menjelang akhir Maret, lebih dari satu juta tes cepat COVID-19 dilakukan setiap hari.
Orang-orang bisa mengklaim tes COVID mereka tanpa biaya tambahan di pusat-pusat pengujian komunitas, pusat pengujian PCR terdekat, dan apotek lokal melalui program pengujian tempat kerja atau online.
Jika seseorang dites positif, maka orang tersebut diharapkan untuk mengisolasi diri bersama dengan orang dalam rumahnya sampai menerima hasil tes PCR kedua, yang dapat dapat dilakukan secara online. Jika hasil menunjukkan negatif, maka periode isolasi diri orang tersebut akan segera berakhir.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan: “Sekitar satu dari tiga orang yang mengidap COVID-19 tidak menunjukkan gejala, dan saat kita membuka kembali aktivitas masyarakat dan melanjutkan bagian kehidupan yang telah kita lewatkan, uji cepat COVID-19 secara teratur akan menjadi fundamental dalam membantu kita dengan cepat menemukan kasus positif dan menghentikan wabah apapun.”
Stephen Reicher, anggota SAGE dan profesor psikologi di Universitas St. Andrews, mengatakan kepada The Guardian, Minggu, 5 April 2021, bahwa uji COVID-19 ini bukanlah solusi satu-satunya, mengutip kekhawatiran atas hasil uji positif palsu.
“Secara keseluruhan, pemerintah terus mencari perbaikan cepat berdasarkan satu intervensi. Apa yang secara konsisten gagal mereka lakukan adalah membangun sistem di mana semua bagian bekerja sama untuk menahan virus,” katanya.