in ,

Tingkat Keterisian Bioskop Masih Rendah, Ini Penyebabnya

Sejumlah wilayah sudah mengizinkan gedung bioskop beroperasi

CakapCakap – Cakap People sebelum pandemi virus corona menyerang, industri perfilman sudah mulai menggeliat. Bahkan film-film dalam negeri makin banyak diproduksi, sehingga jadi bentuk kreativitas nyata dari para sineas.

Namun pasca dilanda Covid-19, bisnis bioskop masih harus mengejar sekuat tenaga. Kendati beberapa bioskop sudah diizinkan untuk dibuka, namun jumlah bangku penonton masih jauh dari kata ramai.

Bisnis Bioskop Masih Samar

Meski sudah kembali beroperasi namun pengunjung bioskop masih sepi. Gambar via katadata.co.id

Hingga kini, tingkat keterisian bioskop pun belum tumbuh secara signifikan. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin yang menyebut jika tingkat keterisian bioskop di masing-masing wilayah memang tak serupa.

Dikutip Kontan, penyebabnya lantaran mengacu pada ketentuan pembatasan sosial di tiap-tiap daerah. Sebab ada yang telah mengizinkan keterisian 50 persen kapasitas bioskop, tapi ada pula yang belum memberikan izin guna buka layar.

Namun berdasarkan rata-rata sampai akhir Maret ini, keterisian bioskop memang belum mengalami peningkatan. Hanya berkisar 15 hingga 20 persen saja.

“Permasalahannya belum semua dikasih izin. Untuk yang pembatasan 50 persen, misalnya dari 100 bangku di satu layar, yang boleh diisi 50 persen. Nah dari itu, paling banyak 15 sampai 20 persen yang terisi,” papar Djonny kala dihubungi Kontan.

Faktor Penyebab Keterisian Bioskop Rendah

Masyarakat masih takut pergi ke bioskop. Gambar via bisnis.com

Lebih lanjut, Djonny juga mengungkapkan beberapa alasan kenapa bisnis bioskop masih amat buram. Hal pertama karena masyarakat masih merasa takut guna menonton di bioskop.

Ketakutan tersebut tak lepas dari ‘kampanye hitam’ yang menurutnya memberikan kesan seolah-olah bioskop berbahaya dan rentan terhadap penularan virus corona.

Faktor kedua ialah daya beli masyarakat yang terjun bebas, apalagi di daerah-daerah. Kondisi itu lantas menyumbang angka keterisian bioskop yang masih sepi. Sedangkan penyebab ketiga menurut Djonny keberanian para pemilik film guna memutar di bioskop.

“Film impor sudah mulai berani, penonton lumayan, tapi belum seperti dulu (sebelum pandemi). Film nasional baru ada 3 atau 4. Mereka masih wait and see,” tambah Djonny.

Sementara faktor keempat adalah regulasi. Sebab tiap wilayah mempunyai aturan yang tak sama. Sedangkan penyebab terakhir berupa pengelola bioskop merasa terbebani oleh biaya operasional, apalagi terkait tagihan listrik.

Djonny memperkirakan jika bisnis bioskop tak akan cepat pulih tahun ini. Kendati demikian, pemulihan ekonomi serta vaksinasi virus corona bisa jadi tajuk positif bagi sektor pariwisata serta hiburan, termasuk bisnis bioskop Cakap People.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Laporan WHO-China: Sangat Tidak Mungkin Laboratorium Wuhan Adalah Sumber Virus Corona Baru

Ketegangan Meningkat di Myanmar Antara Militer dan Etnis Minoritas Bersenjata