CakapCakap – Cakap People! Jerman akan memperpanjang pembatasan COVID-19 hingga 18 April dan melakukan lockdown ketat selama lima hari selama Paskah dalam upaya untuk menghentikan melonjaknya tingkat infeksi. Demikian diungkapkan Kanselir Angela Merkel pada Selasa pagi, 23 Maret 2021, setelah pembicaraan maraton dengan para pemimpin regional yang berlangsung hingga larut malam.
Selain memperluas tindakan seperti menutup fasilitas budaya, rekreasi, dan olahraga yang saat ini masih dilakukan, Merkel dan 16 perdana menteri negara bagian Jerman menyetujui lockdown yang lebih ketat selama liburan Paskah antara 1 hingga 5 April 2021, Al Jazeera melaporkan.
“Kami sekarang berada dalam situasi yang sangat serius,” kata Merkel pada konferensi pers, menambahkan bahwa Jerman berpacu dengan waktu untuk memvaksinasi penduduknya terhadap COVID-19.
Pusat kendali penyakit nasional Jerman telah memperingatkan infeksi baru tumbuh secara eksponensial karena varian COVID-19 yang lebih menular yang pertama kali terdeteksi di Inggris juga menjadi dominan di dalam perbatasannya sendiri.
Robert Koch Institute untuk Penyakit Menular mengatakan jumlah kasus per 100.000 penduduk selama seminggu mencapai 107 pada hari Senin, di atas ambang batas 100 di mana unit perawatan intensif akan mulai kehabisan kapasitas. Lebih dari 3.000 orang dengan COVID-19 berada dalam perawatan intensif pada hari Minggu.
Perdana Menteri Bavaria Markus Soeder mengatakan varian baru telah meningkatkan risiko pandemi.
“Kami mungkin sekarang hidup dalam fase pandemi yang paling berbahaya,” kata Soeder kepada wartawan di Berlin.
Di bawah pembatasan selama Paskah, hampir semua toko akan tutup selama periode lima hari dan layanan keagamaan akan dipindahkan secara online. Pedagang grosir akan menjadi satu-satunya toko yang diizinkan buka pada hari Sabtu, 3 April. Paskah jatuh pada tanggal 4 April.
Jerman mulai dengan hati-hati melonggarkan pembatasan awal bulan ini, di tengah meningkatnya kelelahan atas berlanjutnya pembatasan dan protes di antara beberapa orang.
Pada hari Jumat, Menteri Kesehatan Jens Spahn memperingatkan bahwa tidak ada cukup dosis vaksin di Eropa untuk menahan gelombang ketiga COVID-19. Distribusi vaksin telah terganggu oleh masalah pasokan serta penangguhan jab AstraZeneca.