CakapCakap – Cakap People! Tiga juta masker wajah diperkirakan dibuang setiap menit, demikian penelitian menyatakan.
Pada Juni 2020, para peneliti di University of Aveiro di Portugal memperkirakan 129 miliar masker wajah digunakan setiap bulan di seluruh dunia.
Para ahli di Universitas Denmark menggambarkan statistik mengkhawatirkan, dengan sebanyak tiga juta masker wajah per menit, sebagai ‘bom waktu yang terus berdetak’.
Dalam makalah berjudul ‘Preventing masks from becoming the next plastic problem‘, para ilmuwan mengatakan dunia harus ‘segera mengenali potensi ancaman lingkungan ini’.
Salah satu faktor kunci yang dapat berkontribusi terhadap masalah ini adalah bahwa penutup wajah itu merupakan fenomena baru di banyak negara di dunia. Meskipun kita sudah terbiasa mendaur ulang barang-barang seperti botol plastik, tetapi tidak ada panduan resmi tentang daur ulang masker. Para peneliti mengatakan ini membuat masker-masker itu lebih mungkin dibuang sebagai limbah padat.
Seperti barang lainnya, serat plastik pada masker wajah tidak dapat langsung terurai secara hayati, tetapi terfragmentasi menjadi partikel plastik yang lebih kecil yang tersebar luas di ekosistem.
“Polypropylene adalah salah satu plastik yang paling banyak diproduksi dan penggunaan yang tinggi telah menyebabkan penumpukan limbah yang besar di lingkungan,” kata penelitian tersebut.
Peneliti mengatakan bahwa masker tidak dikumpulkan dan dikelola dengan benar, menyebabkan masker berakhir di lingkungan air tawar, seperti sungai dan lautan.
Pada akhir tahun 2020, sebuah laporan yang diterbitkan oleh OceansAsia menemukan bahwa lebih dari 1,5 juta masker wajah telah memasuki lautan dunia dalam setahun terakhir.
Para ilmuwan mengatakan ini berarti menambahkan antara 4.680 hingga 6.240 metrik ton plastik laut ke angka polusi. Sesuai temuannya, masker wajah membutuhkan waktu hingga 450 tahun untuk terurai.
Gary Stokes, Direktur Operasi OceanAsia, mengatakan pada saat itu bahwa polusi plastik laut berdampak buruk pada lautan, dan membunuh 100.000 mamalia laut dan penyu setiap tahun.
Penulis laporan terbaru, Elvis Genbo Xu, ahli toksikologi lingkungan di Universitas Denmark Selatan, dan Zhiyong Jason Ren, profesor teknik lingkungan di Universitas Princeton, memberikan beberapa saran tentang bagaimana masyarakat dapat mengurangi masalah.
Saran itu termasuk tempat sampah khusus yang dirancang untuk masker wajah sehingga dapat dengan mudah dikumpulkan dan dibuang serta perubahan budaya umum menuju masker wajah yang dapat digunakan kembali.
Menunjuk peringatan ahli bahwa virus corona kemungkinan akan menjadi endemik, para peneliti juga menyarankan pengembangan masker sekali pakai yang dapat terurai secara hayati.
“Sangat penting untuk meluncurkan upaya terkoordinasi dari para ilmuwan lingkungan, agen medis, dan organisasi pengelola limbah padat, dan masyarakat umum untuk meminimalkan dampak negatif dari masker pembuangan, dan pada akhirnya mencegahnya menjadi masalah yang terlalu besar untuk ditangani,” kata studi itu, seperti dikutip Unilad.co.uk.