in ,

Presiden Brasil Jair Bolsonaro Minta Warganya ‘Berhenti Menangis’ Setelah Mencatat Rekor Kematian COVID-19

Kasus COVID-19 di Brasil kini telah mendekati angka 11 juta sejak pandemi dimulai di negara itu.

CakapCakapCakap People! Presiden Jair Bolsonaro menyampaikan kepada warga Brasil untuk berhenti ‘rewel dan menangis’ setelah negara itu mengalami rekor kematian akibat virus corona baru yang menjadi penyebab penyakit COVID-19.

Sejak merebaknya pandemi, Brasil menjadi negara dengan jumlah kematian akibat COVID-19 tertinggi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.

Pekan ini, korban tewas harian Brasil mencapai rekor tertinggi setelah 1.910 orang meninggal pada Rabu, 3 Maret 2021. Angka kematian tersebut juga tetap di level tinggi pada Kamis, 4 Maret 2021, ketika 1.699 orang meninggal. Pada Sabtu, 6 Maret 2021, Brasil mencatat kematian COVID-19 sebanyak 1.498 orang dalam sehari.

Sejauh ini, Brasil telah terjadi lebih dari 264.000 kematian akibat COVID-19 di Brasil, menurut data dari Johns Hopkins University saat artikel ini naik.

Lonjakan kasus telah dikaitkan dengan varian baru COVID-19 yang sangat menular yang diyakini berasal dari kota Manaus.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro saat upacara penurunan bendera Nasional Brasil di Istana Alvorada, di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di Brasilia, Brasil, Rabu, 15 Juli 2020, malam. [Foto: REUTERS / UESLEI MARCELINO]

Beberapa kota di Brasil telah memberlakukan pembatasan, seperti restoran dan bar yang diperintahkan untuk tutup pada pukul 17.00 di Rio De Janeiro, dan jam malam pukul 23.00.

Berbicara di sebuah acara pada Rabu, 3 Maret 2021, Bolsonaro mengatakan kepada kerumunan warga Brasil untuk ‘berhenti rewel dan menangis’.

“Berapa lama Anda akan terus menangis tentang itu? Berapa lama lagi Anda akan tinggal di rumah dan menutup semuanya? Tidak ada yang bisa menahannya lagi. Kami turut sedih atas kematian itu, tetapi, sekali lagi, kita butuh solusi,” katanya, seperti dikutip Unilad.co.uk, Rabu, 3 Maret 2021.

Pemerintah Brasil telah dikritik karena lamban dalam membeli dan mendistribusikan vaksin virus corona, dengan kurang dari 4% dari 211 juta populasinya telah menerima suntikan pertama mereka.

Bolsonaro telah dituduh telah meremehkan wabah COVID-19 di negara itu dengan menggambarkannya sebagai ‘flu ringan’ tahun lalu.

Miguel Nicolelis, ahli saraf di Duke University, mengatakan kepada The Guardian bahwa respons lambat Brasil menimbulkan ancaman global.

“Dunia harus dengan keras menyuarakan risiko yang ditimbulkan Brasil untuk memerangi pandemi. Apa gunanya memilah pandemi di Eropa atau Amerika Serikat, jika Brasil terus menjadi tempat berkembang biak virus ini?”, ujar Nicolelis.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Di Inggris, pelacakan sedang dilakukan untuk individu yang telah terinfeksi dengan varian baru COVID-19 asal Manaus, Brasil.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan vaksin saat ini di Inggris belum diuji terhadap varian ini, BBC News melaporkan.

“Kami melakukan semua yang kami bisa untuk menghentikan penyebaran varian baru ini di Inggris, untuk menganalisis efeknya, dan untuk mengembangkan vaksin terbaru yang bekerja pada semua varian yang menjadi perhatian ini dan melindungi kemajuan yang telah kami buat sebagai bangsa,” Hancock mengatakan kepada anggota parlemen minggu ini.

Kasus COVID-19 di Brasil kini telah mendekati angka 11 juta sejak pandemi dimulai di negara itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gunung Ini Mengandung ‘90% Emas’, Ditemukan Di Republik Demokratik Kongo

Penjualan Ganja di AS Mencapai Rekor Tertinggi ‘Lebih dari Rp 250 Triliun’ Sepanjang 2020