CakapCakap – Cakap People! Polisi Myanmar menembaki pengunjuk rasa di seluruh negeri pada Minggu, 28 Februari 2021, di hari paling berdarah dalam beberapa minggu demonstrasi menentang kudeta militer dan sedikitnya 18 orang tewas. Demikian diungkapkan kantor hak asasi manusia (HAM) PBB.
Melansir The Straits Times, polisi keluar lebih awal dan melepaskan tembakan di berbagai bagian kota terbesar Yangon setelah melepaskan granat kejut, gas air mata dan tembakan di udara gagal memecah kerumunan. Tentara juga memperkuat polisi.
Beberapa orang yang terluka diangkut oleh sesama pengunjuk rasa, meninggalkan noda darah di trotoar, gambar media menunjukkan. Seorang pria meninggal setelah dibawa ke rumah sakit dengan peluru di dadanya, kata seorang dokter yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Seorang pejabat PBB yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan kantor tersebut telah mengonfirmasi sedikitnya lima orang tewas di Yangon.
Polisi anti huru hara menangkap lima jurnalis di Yangon, dan sejumlah tak dikenal di Monywa dan Hakha pada Sabtu karena melaporkan aksi protes anti-kudeta, menurut Jaringan Jurnalis Myanmar.
Salah satu dari mereka dilaporkan sebagai jurnalis foto di Associated Press, Assistance Association for Political Prisoners [Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik], kata sebuah kelompok hak asasi yang terdiri dari mantan tahanan politik Burma.
Outlet media Myanmar Now melaporkan dua orang tewas dalam protes di kota kedua Mandalay. Pasukan keamanan menembak lagi pada hari itu dan seorang wanita tewas, kata warga Mandalay Sai Tun kepada Reuters.
“Tim medis memeriksanya dan memastikan dia [wanita itu] sudah tak bernyawa. Dia ditembak di kepala, ”kata Sai Tun.
Empat pengunjuk rasa tewas di kota Dawei di Myanmar selatan, stasiun televisi yang dikelola militer Myawady melaporkan. Seorang pejabat di klinik darurat Byamaso di Mandalay mengatakan dua demonstran tewas dan sedikitnya sebelas lainnya terluka di sana.
MRTV yang dikelola negara melaporkan polisi anti huru hara menangkap 479 pengunjuk rasa di seluruh negeri pada hari Sabtu, 27 Februari 2021, sementara Assistance Association for Political Prisoners [Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik] mengatakan 854 demonstran telah ditahan sejauh ini.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar kepemimpinan partainya pada 1 Februari, menuduh adanya kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partainya secara telak.
Kudeta, yang menghentikan langkah tentatif menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah menarik ratusan ribu orang turun ke jalan melakukan aksi protes dan Myanmar mendapat kecaman dari negara-negara Barat atas kudeta tersebut.