CakapCakap – Cakap People! Jumlah kematian di China — tidak termasuk episentrum virus corona di Wuhan — turun sedikit selama tiga bulan pertama tahun 2020, menunjukkan upaya untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 mengurangi kematian akibat penyebab lain. Demikian sebuah studi baru menunjukkan.
Channel News Asia melaporkan, para peneliti dari Universitas Oxford Inggris dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, menganalisis data resmi kematian COVID-19 negara itu dari 1 Januari hingga 31 Maret tahun lalu untuk mengetahui perubahan dalam kematian secara keseluruhan dan penyebab lain.
Tingkat kematian di Wuhan, kota yang berada di China tengah, tempat virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 pertama kali diidentifikasi, mencapai 1.147 per 100.000 selama periode tersebut, 56 persen lebih tinggi dari yang biasanya diperkirakan, para peneliti menemukan dalam studi yang diterbitkan pada hari Rabu, 24 Februari 2021.
Namun, di luar Wuhan, tingkat kematian 675 per 100.000, lebih rendah dari tingkat yang diharapkan 715, setelah penguncian nasional mengurangi jumlah kematian akibat penyebab lain seperti pneumonia biasa atau kecelakaan lalu lintas, menurut penelitian yang diterbitkan oleh BMJ.
Data resmi dari otoritas medis China menyebutkan total korban tewas akibat COVID-19 di daratan China mencapai 4.636, di mana 83,5 persen, atau 3.869 kematian, berada di Wuhan.
China telah menolak klaim bahwa jumlah total kasus dan jumlah kematian akibat COVID-19 kurang dilaporkan.
Sebuah studi Amerika tentang layanan kremasi di Wuhan yang dirilis Juni lalu mengatakan sekitar 36.000 orang meninggal, atau 10 kali lipat dari angka resmi.
Penelitian lokal juga menunjukkan jumlah orang yang membawa virus mungkin jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
CDC China mengatakan pada bulan Desember 2020 bahwa mereka menemukan antibodi COVID-19 pada 4,43 persen sampel darah di Wuhan, menyiratkan bahwa setengah juta orang telah terinfeksi.
Bulan lalu, para ahli yang dikerahkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiba di Wuhan untuk menyelidiki asal-usul virus corona. Hasil penyelidikan itu; mereka mengatakan bahwa virus itu bisa saja telah beredar di daerah lain sebelum pertama kali diidentifikasi pada awal 2020 di Wuhan, tetapi tidak ada bukti wabah besar lainnya.