CakapCakap – Cakap People! Johnson & Johnson (J&J) mengatakan pada hari Jumat, 19 Februari 2021, pihaknya telah mengirimkan data ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengajukan daftar penggunaan darurat dari vaksin COVID-19, yang akan memungkinkan akses yang lebih luas dari suntikan satu dosis.
Melansir Reuters, J&J mengatakan daftar penggunaan darurat merupakan prasyarat untuk memasok vaksin ke program vaksin Covax, yang dipimpin bersama oleh WHO, yang bertujuan untuk memberikan dosis ke negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah.
Vaksin J&J diberikan dalam dosis tunggal dan dapat disimpan pada suhu lemari es normal. Hal ini menjadi keuntungan yang besar di negara-negara dengan infrastruktur perawatan kesehatan yang relatif lebih lemah.
Vaksin J&J sedang ditinjau oleh regulator kesehatan AS dan panel ahli dari Food and Drug Administration (FDA) untuk membahas otorisasi penggunaan darurat vaksin minggu depan.
Vaksin ini diluncurkan di Afrika Selatan, untuk pertama kalinya di luar uji klinis besar.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa data yang dikirim ke WHO termasuk hasil dari uji coba tahap akhir.
J&J menandatangani kesepakatan pada bulan Desember 2020 untuk mendukung program Covax.
Perusahaan dan Gavi, yang juga memimpin bersama Covax, diharapkan untuk menandatangani perjanjian pembelian di muka untuk menyediakan hingga 500 juta dosis vaksin dosis tunggal untuk program Covax hingga tahun 2022, kata J&J.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, Johnson & Johnson (J&J) telah mengumumkan pada hari Jumat, 29 Januari 2021, bahwa vaksin dosis tunggalnya 66% efektif dalam mencegah COVID-19 dalam uji coba global besar-besaran terhadap berbagai varian yang akan memberi pejabat kesehatan senjata lain untuk mengatasi virus corona.
Reuters melaporkan, dalam uji coba terhadap hampir 44.000 sukarelawan, tingkat perlindungan terhadap COVID-19 sedang dan parah bervariasi dari 72% di Amerika Serikat, hingga 66% di Amerika Latin dan hanya 57% di Afrika Selatan, di mana varian baru yang mengkhawatirkan telah menyebar.
Standar tinggi telah ditetapkan oleh dua vaksin resmi dari Pfizer / BioNTech dan Moderna, yang sekitar 95% efektif dalam mencegah penyakit simptomatik dalam uji coba penting ketika diberikan dalam dua dosis.
Uji coba tersebut dilakukan terutama di Amerika Serikat dan sebelum varian baru muncul.
Tujuan utama J&J adalah pencegahan COVID-19 sedang hingga parah, dan vaksin tersebut 85% efektif dalam menghentikan penyakit parah dan mencegah rawat inap di semua wilayah dan terhadap berbagai varian 28 hari setelah imunisasi.