CakapCakap – Cakap People! Presiden Emmanuel Macron membela keputusannya untuk menunda lockdown ketiga pada Sabtu, 30 Januari 2021. Ia mengatakan kepada publik bahwa dia percaya pada kemampuan mereka untuk mengendalikan COVID-19 dengan pembatasan yang tidak terlalu parah bahkan ketika gelombang ketiga menyebar dan peluncuran vaksin terputus-putus.
Reuters melaporkan, mulai Minggu, 31 Januari 2021, Prancis akan menutup perbatasannya untuk semua kecuali perjalanan penting ke dan dari negara-negara di luar Uni Eropa, sementara kedatangan dari dalam blok tersebut harus menunjukkan tes negatif COVID-19. Pusat perbelanjaan besar akan ditutup dan patroli polisi ditingkatkan untuk memberlakukan jam malam yaitu pukul 6 sore.
Macron yang telah berhenti memerintahkan lockdown siang hari terbaru, mengatakan dia ingin melihat terlebih dahulu apakah tindakan lain akan cukup untuk memperlambat penyebaran virus corona.
Dengan 10 persen kasus sekarang disebabkan oleh varian baru yang lebih menular yang pertama kali ditemukan di Inggris, petugas medis senior telah merekomendasikan lockdown baru, dan satu jajak pendapat menunjukkan lebih dari tiga perempat orang Prancis berpikir bahwa lockdown sekarang tidak dapat dihindari. Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan kepercayaan publik yang menurun terhadap penanganan krisis oleh pemerintah.
“Saya percaya pada kemampuan kita. Jam-jam yang kita jalani ini sangat penting. Mari kita lakukan semua yang kita bisa untuk memperlambat epidemi bersama,” cuit Macron.
Macron juga mendapat kecaman karena meluncurkan vaksin dengan kecepatan yang lebih lambat daripada negara-negara besar Uni Eropa lainnya, dan jauh lebih lambat daripada Inggris atau Amerika Serikat. Angka terbaru Prancis menunjukkan sejauh ini mereka hanya memberikan 1,45 juta dosis vaksin. Inggris, sebagai perbandingan, telah mencatat 8,4 juta.
Prancis melaporkan 24.393 infeksi baru COVID-19 pada hari Sabtu, 30 Januari 2021, sementara jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit tetap di atas 27.000 untuk hari kelima berturut-turut.
Tingkat infeksi baru masih lebih rendah daripada saat lockdown terakhir diperintahkan pada bulan Oktober, tetapi tingkat rawat inap sudah sebanding.
Warga Paris Sami Terki mengatakan “hal yang baik untuk saat ini – bahkan secara mental – tidak harus melalui lockdown baru”. Namun dia menambahkan: “Satu-satunya kekhawatiran saya adalah bahwa kita kemudian mengambil keputusan untuk lockdown yang sangat terlambat.”
Prancis telah mencatat total lebih dari 3,1 juta orang yang terinfeksi COVID-19, termasuk lebih dari 75.000 orang meninggal dunia akibat virus tersebut.