CakapCakap – Cakap People! Populasi Rusia menyusut sekitar setengah juta tahun 2020 lalu. Ini merupakan kontraksi pertama dalam 15 tahun. Demikian disampaikan badan statistik negara itu, pada Jumat, 29 Januari 2021.
Melansir Al Jazeera, Rusia memiliki populasi 146,2 juta jiwa, menurut surat kabar Nezavisimaya Gazeta, yang mengutip badan statistik tersebut.
Para ahli mengaitkan penurunan populasi tersebut terutama disebabkan oleh pandemi.
Ada 229.700 lebih kematian antara Januari hingga November 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat kematian melebihi lebih dari 13 persen, kata badan itu.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah lama menyerukan upaya yang lebih besar terhadap pertumbuhan populasi. Tahun lalu, dia menyalahkan tren pendapatan rendah.
Para ahli mengatakan penyebab lebih lanjut adalah migrasi orang-orang yang lebih muda dan berpendidikan ke luar negeri dan tingkat kelahiran yang rendah.
Tren serupa
Bulan ini, statistik dari Polandia dan Inggris, menunjukkan tren serupa.
Pada hari Selasa, statistik untuk tahun 2020 menunjukkan kematian melonjak di Polandia ke tingkat yang tidak terlihat sejak Perang Dunia II dan kelahiran menurun tajam, tren yang dikaitkan dengan pandemi COVID-19 dan digambarkan oleh beberapa orang sebagai krisis demografis.
Data yang dilaporkan pada hari Selasa oleh surat kabar harian Dziennik Gazeta Prawna berasal dari daftar negara yang mencakup kelahiran dan kematian mingguan.
Mengomentari data Badan Statistik Polandia yang dirilis pada Desember selama 11 bulan 2020, ekonom Rafal Mundry mengatakan jumlah kematian merupakan yang tertinggi sejak Perang Dunia II dan jumlah kelahiran terendah dalam 15 tahun.
“Kami mengalami krisis demografis yang sangat besar,” kata Mundry di Twitter.
Pada 2019, rata-rata sekitar 30.000 orang meninggal di Polandia setiap bulan. Pada November, ketika kasus COVID-19 melonjak, negara itu mencatat hampir 60.400 kematian.
Di Inggris, sebuah penelitian yang diterbitkan pada 14 Januari menunjukkan itu bisa menjadi penurunan populasi terbesar sejak Perang Dunia II, mengutip pandemi.
Dihadapkan pada peluang kerja yang suram, ekspatriat telah meninggalkan Inggris dalam jumlah besar, menurut Pusat Statistik Keunggulan Ekonomi (ESCoE) Inggris.
Sekitar 1,3 juta orang yang lahir di luar negeri meninggalkan Inggris dari Juli 2019 hingga September 2020, katanya.
Sementara itu, Brexit juga tampaknya berdampak dalam memotivasi orang untuk meninggalkan Inggris, dengan beberapa yang diwawancarai Al Jazeera mengutip keluarnya Inggris dari Uni Eropa sebagai faktor pendorong.
Di London, ESCoE mengatakan, sebanyak 700.000 orang meninggalkan ibu kota dalam 14 bulan yang dianalisis.