CakapCakap – Cakap People! Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperkirakan sekitar 300.000 warga Hong Kong akan memanfaatkan jalur visa baru untuk meninggalkan bekas koloni Inggris itu dan menetap di Inggris, bahkan hampir tiga juta orang telah memenuhi syarat.
Prosedur baru itu untuk menghormati “ikatan mendalam sejarah dan persahabatan” antara Hong Kong dan Inggris, kata Johnson dalam sebuah pernyataan.
Melansir The Straits Times, Jumat, 29 Januari 2021, jalur visa itu akan mulai dibuka pada hari Minggu dan warga Hong Kong bisa mendaftarkan diri. Tawaran ini diberikan kepada warga Hong Kong setelah Inggris mengatakan pemberlakuan Undang-Undang Keamanan Nasional China melanggar ketentuan perjanjian bersama yang dibuat antara kedua negara ketika Hong Kong diserahkan ke kendali Beijing pada tahun 1997.
Pemegang paspor British National (Overseas) atau BNO — warisan pemerintahan Inggris atas Hong Kong hingga tahun 1997 — mulai hari Minggu dapat mendaftar untuk tinggal dan bekerja di Inggris hingga lima tahun, dan akhirnya akan mendapatkan kewarganegaraan.
“Saya sangat bangga bahwa kami telah membawa jalan baru ini bagi pemegang BNO Hong Kong untuk tinggal, bekerja dan membuat rumah mereka di negara kami,” kata Johnson dalam sebuah pernyataan, AFP melaporkan seperti yang dilansir The Straits Times.
Pemegang paspor BNO sebelumnya hanya memiliki hak terbatas untuk mengunjungi Inggris hingga enam bulan, dan tidak memiliki hak untuk bekerja atau menetap.
Antara 123.000 hingga 153.700 pemegang paspor BNO dan tanggungan mereka menggunakan jalur ini ke Inggris pada tahun pertama. Jumlah itu diperkirakan meningkat menjadi antara 258.000 hingga 322.400 selama lima tahun, menurut perkiraan Kantor Dalam Negeri.
Biaya visa untuk tinggal selama lima tahun di Inggris bagi pemegang paspor BNO adalah 250 pound atau sekitar Rp 4,8 juta per orang bersama dengan biaya tambahan kesehatan imigrasi sebanyak 624 pound atau sekitar Rp 12 Juta per tahun.
“Kami sudah jelas bahwa kami tidak akan melihat ke arah lain ketika datang ke Hong Kong,” kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab dalam sebuah pernyataan email. “Kami akan memenuhi tanggung jawab bersejarah kami kepada rakyatnya.”
Hubungan antara London dan Beijing berada pada titik terendah modern sebagai akibat dari pandemi COVID-19, perlakuan terhadap pengunjuk rasa Hong Kong dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur. China menyangkal semua tuduhan perlakuan buruk tersebut.