CakapCakap – Cakap People! Inggris melarang penerbangan penumpang langsung ke dan dari Uni Emirat Arab (UEA) mulai Jumat, 29 Januari 2021, menutup rute maskapai internasional tersibuk di dunia dari Dubai ke London.
Reuters melaporkan, Inggris mengatakan pihaknya menambahkan Uni Emirat Arab, Burundi, dan Rwanda ke daftar larangan perjalanan virus corona karena kekhawatiran atas penyebaran varian COVID-19 yang lebih menular dan berpotensi kebal vaksin yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.
“Ini berarti orang yang telah masuk atau transit melalui negara-negara ini akan ditolak masuk, kecuali warga negara Inggris, Irlandia dan negara ketiga dengan hak tinggal yang harus mengisolasi diri selama sepuluh hari di rumah,” Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps mengatakan di Twitter pada hari Kamis, 28 Januari 2021.
Emirates dan Etihad Airways mengatakan di website resmi mereka bahwa pihaknya akan menangguhkan semua penerbangan penumpang Inggris mulai pukul 13.00 GMT pada hari Jumat ketika larangan tersebut berlaku.
Bandara Dubai, dalam sebuah pernyataan, menyarankan penumpang yang telah memesan penerbangan dengan tujuan ke Inggris setelah larangan itu berlaku untuk tidak pergi ke bandara dan diimbau untuk menghubungi maskapai penerbangan mereka.
Departemen transportasi Inggris menyarankan warga negara Inggris yang saat ini berada di Uni Emirat Arab untuk menggunakan rute penerbangan komersial tidak langsung jika mereka ingin kembali ke Inggris.
Karena penutupan perbatasan yang disebabkan oleh COVID-19, Dubai ke London adalah rute internasional tersibuk di dunia pada Januari dengan 190.365 kursi terjadwal selama sebulan, menurut penyedia data maskapai OAG.
Emirates dan Etihad biasanya membawa sejumlah besar penumpang yang terhubung dari Inggris dengan tujuan seperti Australia melalui hub bandara mereka, yang berarti keputusan untuk membatalkan penerbangan tersebut akan memiliki implikasi yang luas.
Pemerintah Australia mengatakan akan menambah lebih banyak penerbangan charter dari Inggris jika diperlukan sebagai akibat dari pembatalan Emirates dan Etihad.
Eran Ben-Avraham, seorang warga Australia yang terdampar di Inggris karena batasan ketat pada jumlah kedatangan di Australia, mengatakan pilihannya untuk pulang terus berkurang.
“Saat ini kami hanya memiliki tiga opsi untuk terbang ke Qatar, ANA atau Singapore Airlines,” katanya kepada Australian Broadcasting Corporation.
“Setiap hari semakin sulit untuk pulang. Penerbangan kembali harganya mulai dari 4.000 pound (US$ 5.487 atau sekitar RP 77 juta). ”
(US$ 1 = 0,73 pound)