CakapCakap – Cakap People! China telah menemukan jejak tidak berbahaya dari virus corona baru di beberapa tempat inokulasi COVID-19 yang berpotensi terkait dengan cairan vaksin. Demikian diungkapkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China.
Melansir The Straits Times, Senin, 25 Januari 2021, sampel yang diambil dari meja, dinding, gagang pintu, dan lorong situs dinyatakan positif terkena virus tetapi tidak menular, CDC China mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam, 24 Januari 2021.
Jejak tersebut memiliki urutan genom yang identik dengan strain yang ditemukan dalam botol vaksin bekas tetapi berbeda dari strain yang saat ini menyebar, kata CDC China.
Mereka menambahkan bahwa vaksin yang tidak aktif (inactivated vaccines) mengandung potongan asam nukleat yang relatif lengkap dari virus dan tidak menular.
Vaksin inactivated dari Sinopharm dan Sinovac Biotech digunakan dalam skema vaksinasi China.
Dr Benjamin Cowling, seorang ahli penyakit menular dari Universitas Hong Kong, mengkonfirmasi kemungkinan kontaminasi di tempat inokulasi dari cairan vaksin dan mengatakan jejak virus seperti itu “tidak perlu dikhawatirkan.”
Staf di tempat vaksinasi yang terkontaminasi telah dites negatif virus corona, kata CDC China.
COVID-19 Global
Virus corona yang telah menjadi penyebab penyakit COVID-19 ini telah menjangkiti lebih dari 99,7 juta orang di seluruh dunia sejak pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China, pada Desember 2019.
Virus tersebut juga telah menewaskan lebih dari 2,13 juta orang secara global saat artikel ini naik.
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus infeksi dan kematian akibat COVID-19 tertinggi nomor satu di dunia, dengan telah melaporkan sebanyak 25,7 juta orang yang terinfeksi, termasuk lebih dari 429.000 orang meninggal dunia akibat virus itu.
India menempati tertinggi kedua setelah AS, dengan mencatat lebih dari 10,6 juta infeksi, dan lebih dari 153.000 kematian COVID-19.
Brasil melengkapi tiga besar dengan kasus sebanyak 8,8 juta, sedangkan untuk angka kematian, Brasil merupakan negara dengan angka kematian akibat COVID-19 tertinggi kedua di dunia setelah AS, yakni sebanyak lebih dari 217.000 orang.
Sedangkan China melaporkan total 89.115 kasus COVID-19, termasuk 4.635 kematian. Negara itu berada di posisi 83 secara global untuk kasus ini.