in ,

WHO Masukkan Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech Dalam Daftar Penggunaan Darurat

Virus corona telah menginfeksi lebih dari 86,1 juta orang di seluruh dunia sejauh ini, termasuk 1,86 juta kematian.

CakapCakapCakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis, 31 Desember 2020, telah memasukkan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech dalam daftar vaksin untuk penggunaan darurat. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempercepat akses vaksin ke negara berkembang.

Reuters melaporkan, badan kesehatan PBB itu mengatakan akan bekerja dengan mitra regional mereka untuk sosialisasi kepada otoritas kesehatan nasional tentang suntikan dua dosis vaksin dan manfaat yang diantisipasi.

WHO menetapkan vaksin tersebut ke dalam daftar penggunaan darurat (EUL) untuk membantu negara-negara miskin tanpa sumber daya regulasi mereka sendiri agar dengan cepat menyetujui penggunaan obat-obatan penyakit baru seperti COVID-19, jika hal itu tidak dilakukan maka dapat menyebabkan penundaan.

FILE PHOTO: Sebuah logo digambarkan di markas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, Kamis, 25 Juni 2020. [Foto: REUTERS / DENIS BALIBOUS]

Tinjauan WHO menemukan bahwa vaksin Pfizer / BioNTech memenuhi kriteria “must-have” untuk keamanan dan manfaat kemanjuran lebih besar daripada risikonya.

“Ini adalah langkah yang sangat positif untuk memastikan akses global ke vaksin COVID-19,” kata Mariangela Simao, pemimpin program akses obat-obatan WHO.

“Tapi saya ingin menekankan perlunya upaya global yang lebih besar untuk mencapai pasokan vaksin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi prioritas di mana pun.”

Badan kesehatan PBB, dengan GAVI Vaccine Alliance dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), mempelopori upaya global yang disebut COVAX untuk mengamankan dan mendistribusikan vaksin ke negara-negara miskin, untuk memastikan suntikan tidak hanya ditujukan ke negara-negara kaya.

Aliansi COVAX yang didukung WHO memiliki kesepakatan untuk hampir 2 miliar dosis vaksin, dengan pengiriman pertama jatuh tempo pada awal 2021. Aliansi tersebut telah melakukan pembicaraan dengan Pfizer dan BioNTech untuk mengamankan vaksin.

Foto: Reuters

Meski begitu, persyaratan penyimpanan dan pengiriman vaksin Pfizer / BioNTech yang menantang, termasuk menjaganya pada suhu minus 70 derajat Celcius, telah membuat pengiriman menjadi tantangan di negara-negara barat, dan dapat menimbulkan rintangan yang lebih besar bagi negara-negara berkembang tanpa infrastruktur yang memadai.

Vaksin ini mendapat dukungan regulasi dari Inggris, European Medicines Agency, US Food and Drug Administration, Health Canada, Bahrain, Israel, Kuwait, Meksiko, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Singapura.

Vaksin RNA messenger Pfizer dan BioNTech ditemukan 95% efektif mencegah COVID-19 setelah dua dosis disuntikkan terpisah dengan interval waktu 21 hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

NSW Australia Berlakukan Pembatasan Jarak Sosial dan Wajibkan Pakai Masker

Indonesia Bersiap Mulai Vaksinasi COVID-19, Ini Alasan Mengapa Usia Kerja Diprioritaskan Daripada Lansia!