in ,

Gegara Kucing, Industri Daging di Australia Rugi Rp 126 Miliar Per Tahun

“Kucing memiliki reputasi untuk mengendalikan beberapa hama pertanian, seperti tikus dan kelinci, tetapi tidak ada bukti bahwa mereka efektif dalam tugas ini,” kata Taggart.

CakapCakapCakap People! Banyak hewan ternak di Australia, terutama domba di bagian selatan negara itu telah terkena dampak penyakit yang disebarkan oleh kucing dan mengakibatkan kerugian ekonomi terkait mencapai 12 juta dolar Australia, atau setara Rp 126 miliar (1 dolar Australia = Rp10.489) per tahun. Demikian sebuah studi baru menunjukkan.

Dirilis pada hari Senin, 7 Desember 2020, studi nasional yang dilakukan oleh Pusat Pemulihan Spesies Terancam (Threatened Species Recovery Hub) dari Program Ilmu Lingkungan Nasional Pemerintah Australia itu meneliti bagaimana toksoplasmosis, sarcocystosis dan cacing gelang kucing, tiga penyakit yang bergantung pada kucing berkembang biak dan menyebar, yang berdampak pada sektor pertanian Australia.

Ilustrasi seekor kucing. [Foto: Pixabay]

“Kami menemukan bahwa infeksi toksoplasmosis menyebabkan hilangnya lebih dari 62.000 domba yang belum lahir setiap tahun di Australia, merugikan industri sekitar 10 juta dolar Australia (sekitar 7,43 juta dolar AS) setiap tahun,” kata penulis utama, Profesor Sarah Legge dari Australia National University dan University of Queensland, seperti dikutip kantor berita China, Xinhua.

“Sarcocystosis merugikan industri daging sekitar 2 juta dolar Australia (sekitar 1,49 juta dolar AS) per tahun. Ini menyebabkan kista dalam daging yang perlu dipotong dan bahkan dapat mengakibatkan bangkai utuh atau pengiriman ditolak.”

Kucing yang terinfeksi melepaskan jutaan telur parasit kecil “oocyst” ke lingkungan dengan kotorannya. Parasit tersebut bisa bertahan di tanah, padang rumput, dan air selama berbulan-bulan, di mana mereka bisa dimakan oleh ternak seperti domba, kambing dan sapi, dan unggas.

Ilustrasi peternakan domba. [Foto: Pixabay]

Rekan penulis Dr. Patrick Taggart dari University of Adelaide mengatakan mengurangi jumlah kucing di sekitar peternakan tidak hanya menguntungkan satwa liar tetapi juga produsen domba, terutama mereka yang tinggal di daerah yang lebih dingin dan basah di mana parasit tersebut dapat bertahan lebih lama di lingkungan.

“Kucing memiliki reputasi untuk mengendalikan beberapa hama pertanian, seperti tikus dan kelinci, tetapi tidak ada bukti bahwa mereka efektif dalam tugas ini,” kata Taggart.

“Kita bisa mengurangi biaya penyakit yang bergantung pada kucing di pertanian dengan menurunkan jumlah kucing liar dan peliharaan di sekitar peternakan.”

Cara lain untuk mengurangi tingkat infeksi ternak adalah dengan mengoleskan kapur pertanian ke padang rumput, yang dapat membuat Sarcocystis dan oocyst toksoplasmosis kecil kemungkinannya untuk bertahan hidup di lingkungan, menurut Taggart.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Budget Rp 50 jutaan, Kamu Bisa Pilih 4 Mobil Bekas Ini!

Warner Bros Bakal Rilis Semua Film Baru 2021 di HBO Max