Tana Toraja merupakan salah satu area yang letaknya di Sulawesi Selatan, disana tersedia aneka destinasi wisata yang banyak dilirik oleh para wisatawan. Agar dapat sampai ke Tana Toraja, maka kamu dapat memilih satu dari dua rute, yakni lewat udara atau darat. Jika menempuh jalur darat maka waktu yang diperlukan cukup lama, sekitar 8 hingga 9 jam. Sementara jalur udara dapat ditempuh menggunakan pesawat dari Makassar dengan waktu 50 menit. Tetapi penerbangannya hanya ada pada pagi serta jam-jam tertentu.
Tana Toraja memiliki segudang keindahan yang membuat orang ingin berkunjung kesana. Daya pikatnya yang istimewa juga menjadikannya sebagai sebuah destinasi wisata yang penuh tradisi dari para leluhur. Saat berkunjung kesana, maka kamu akan disuguhi oleh aneka hal unik daru upacara adat, kuburan untuk bayi hingga kuburan batu. Ketika berkunjung ke Toraja, maka hal yang wajib kamu lihat adalah kuburan khusus bayi. Mengapa? Ini dia jawabannya.
Usia di bawah 6 bulan
Kuburan khusus bayi ini dibuat untuk bayi-bayi yang meninggal ketika usianya belum 6 bulan. Sebab bayi dengan usia tersebut dianggap masih suci serta tak mempunyai dosa sama sekali. Alhasil disediakan makam khusus bayi yang membuatnya seolah kembali ke rahim ibunya.
Pohon tarra yang dijadikan tempat pemakaman
Pohon tarra adalah pohon yang digunakan untuk prosesi passilliran. Pohon ini memiliki banyak getah serta mampu berdiri secara tegak, panjangnya pun mencapai sekitar 100 hingga 300 cm.
Gigi belum tumbuh
Tak hanya usia saja, melainkan agar dapat mengikuti prosesi passilliran maka sang bayi harus belum tumbuh gigi. Bayi dengan gigi yang belum tumbuh memiliki hak untuk dimakamkan di pemakaman khusus.
Posisi makam sesuai dengan kelas sosialnya
Sebenarnya prosesnya cukup sederhana, yakni pohon tarra dilubangi dengan ukuran yang sama dengan jenazah bayi. Lalu bayi dimasukkan ke lubang tersebut kemudian ditutup dengan anau atau ijuk. Walaupun terkesan sederhana, namun upacara tersebut tak boleh asal saja. Sebab masyarakat sekitar Toraja masih percaya dengan kelas sosial. Sehingga apabila orang tersebut memiliki kelas sosial yang tinggi maka sang bayi akan diletakkan di tempat yang paling tinggi di pohon tarra, serta begitu pula sebaliknya.
Letak makamnya dihadapkan ke rumah duka
Letak makam dari mayat bayi tersebut diarahkan searah dengan rumah duka. Hal tersebut sengaja dilakukan guna menghargai keluarga yang sedang berduka. Proses upacara tersebut sudah ada sedari zaman leluhur hingga saat ini. Istimewanya, ketika bayi-bayi tersebut dimakamkan ke satu pohon tarra, tak ada yang berbau busuk. Selain itu masyarakat juga tak pernah kehabisan pohon tarra untuk digunakan menjadi pemakaman.
Tak dibalut kain apapun
Umumnya jenazah bayi akan dibungkus dengan kain kafan atau menggunakan busana yang baik. Tetapi bayi yang dimakamkan di pohon tarra tak diperbolehkan untuk mengenakan kain apapun. Hal tersebut dianggap seperti sang bayi kembali ke rahim ibunya dalam kondisi yang suci.
Pengikut Aluk Tolodo yang melakukannya
Tak semua orang di Tana Toraja yang melakukan tradisi tersebut, hanya orang-orang yang merupakan pengikut dari Aluk Tolodo yang masih memegang teguh ajaran dari leluhurnya.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!