Akhir tahun 2017 lalu, Kota Makassar dinobatkan menjadi salah satu dari 100 kota/daerah yang mendapatkan penghargaan Smart City Awards 2017. Penghargaan ini diserahkan oleh Bapak Rudiantara sebagai Menteri di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Dalam penghargaan ini, setiap daerah memiliki alasan tersendiri yang membuatnya terpilih menjadi penerima penghargaan. Nah, kalian sebagai warga Makassar, apa kalian tahu tentang penghargaan ini? Dan apakah kalian tahu tentang alasan mengapa Kota Makassar mendapatkan penghargaan ini?
Yuk kita bahas poin plus Kota Makassar yang ternyata membawanya menjadi salah satu pemenang Smart City Award 2017!
Smart City Award memiliki kriteria penilaian yang unik dan mendalam. Penghargaan ini tidak melulu menilai kemampuan daerah dalam membelanjakan anggaran daerah untuk hal-hal yang berbau teknologi; tetapi juga bagaimana daerah mampu menggiring warganya memiliki pola pikir yang modern, dan lini pelayanan aparatur yang berkualitas, dengan pemanfaatan teknologi tentunya. Nah inilah poin plus dari Kota Makassar. Kota ini adalah kota pionir yang menerapkan pelayanan publik di bidang kesehatan dengan teknologi yang mudah diakses dan digunakan.
Rektor Perbanas Institute, Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, pernah menyebutkan bahwa Makassar telah berhasil membangun Smart City tanpa memperlakukan warganya seperti mesin. Prof Marsudi yang juga menjadi pendamping Kota Makassar dalam penyusunan Master Plan Smart City ini menyebutkan juga bahwa Pemerintah Kota Makassar berhasil mengkolaborasikan Sombere (pondasi kultur di Makassar) dan esensi Smart City itu sendiri.
Sombere sendiri berarti “baik hati dan terbuka”. Secara umum, pengertian sombere dikaitkan dengan proses pelayanan yang baik, persaudaraan yang erat, dan didukung dengan semangat yang besar. Nilai ini yang terus dipegang dalam pengimplementasian teknologi di kota Makassar. Setidaknya ada 6 (enam) modul utama yang dalam pengkombinasian Sombere dan Smart City, yaitu Smart Governance, Smart Branding, Smart Economy, Smart Living, Smart Society, dan Smart Environment. Secara berurutan, arti keenam pilar itu adalah peningkatan kualitas layanan publik dari pemerintah kota, peningkatan kesadaran terhadap karakter kota, pembangunan ekosistem yang baik menuju cashless society, penciptaan kehidupan yang nyaman dan sadar akan kesehatan, pembangunan masyarakat yang interaktif dan humanis, serta yang terakhir adalah pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan yang ramah.
Tiga contoh implementasi Smart City di Makassar yang terus dipromosikan oleh Pemerintah di presentasi Smart City Makassar di berbagai daerah dan negara adalah Dongkel, Aparong, dan Bank Sampah. Kalian yang tinggal di Makassar pasti sudah familiar kan dengan 3 (tiga) istilah itu?
Dongkel adalah Dongeng Keliling, yang menhadirkan perpustakaan keliling serta pendongeng dari sekolah atau komunitas. Tentunya program ini akan mendukung perkembangan kualitas pendidikan masyarakat Makassar, terutama di area minat baca. Sementara itu Aparong adalah Apartment Lorong. Melalui Aparong, pemerintah kota Makassar menyediakan bangunan apartment yang minimalis dan terjangkau untuk masyarkat berpenghasilan rendah. Kalau untuk program Bank Sampah, pemerintah kota Makassar menyediakan infrastruktur untuk manajemen dan daur ulang sampah. Program ini yang juga membawa kota Makassar mendapat penghargaan di ASEAN Environment Day 2017 dalam Clean Land Category.
Diharapkan ada puluhan kota lainnya di Indonesia yang mampu menjadikan wilayahnya sebagai Smart City seperti Kota Makassar. Masyarakat akan melek teknologi dan tentunya kehidupan menjadi semakin baik dan beradab.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!