CakapCakap – Cakap People! Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet menunjukkan bahwa, meskipun genetika berperan dalam tinggi badan seseorang, tetapi nutrisi dan lingkungan dapat memainkan peran yang lebih besar. Dalam beberapa generasi, tinggi badan keturunan migran biasanya bisa menyamai ketinggian anak-anak non-migran di negara baru di mana mereka tinggal.
Studi yang telah dirilis bulan November ini menganalisis pertumbuhan fisik anak-anak dari 193 negara dengan menggabungkan data tinggi dan Indeks massa tubuh (Body Mass Index – BMI).
Melansir laporan South China Morning Post, Minggu, 15 November 2020, hasil studi itu mengungkapkan bahwa remaja di China sekarang memiliki tinggi badan lebih tinggi daripada 35 tahun yang lalu.
Pada tahun 1985, tinggi rata-rata wanita berusia 19 tahun di China adalah 157,4 cm (5,2 kaki) dan tinggi rata-rata pria berusia 19 tahun 167,6 cm. Pada 2019, angkanya masing-masing adalah 163,5cm (wanita) dan 175,7cm (pria).
Menurut studi tersebut, peningkatan tinggi badan anak laki-laki di China adalah yang terbesar di dunia dan peningkatan tinggi badan anak perempuan di China adalah yang terbesar ketiga.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi di China dalam empat dekade terakhir telah mengurangi malnutrisi pada anak. Namun, ketidaksetaraan yang meningkat juga membuat anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan di China tertinggal dari rekan-rekan mereka di perkotaan dalam hal asupan gizi dan tinggi badan.
Menurut sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wilayah yang lebih maju di China juga mengalami peningkatan obesitas pada masa kanak-kanak atau remaja berkat akses yang lebih besar pada camilan manis dan makanan cepat saji.
Studi Lancet membandingkan perubahan indeks massa tubuh (BMI) anak-anak dan remaja secara global. Negara-negara yang memiliki BMI tertinggi untuk kedua jenis kelamin antara lain Amerika Serikat, Selandia Baru dan Kuwait, sedangkan negara-negara dengan BMI terendah antara lain India, Bangladesh, Timor Leste, Ethiopia dan Chad.
Diperkirakan juga ada perbedaan ketinggian rata-rata 20 cm antara anak usia 19 tahun di negara-negara tertinggi dan terpendek. Negara dengan populasi remaja dengan tinggi badan tertinggi adalah Belanda, Montenegro, Estonia dan Denmark.
Terlepas dari lonjakan pertumbuhan mereka dalam 35 tahun terakhir, pria berusia 19 tahun di China, rata-rata, 8,1 cm lebih pendek daripada rekan-rekan mereka di Belanda. Wanita lebih pendek 6,9 cm.
Negara-negara berkembang, termasuk China, mengalami peningkatan terbesar dalam tinggi badan anak, tetapi di banyak negara di Afrika Sub-Sahara, tinggi anak tetap sama – atau bahkan menurun.
Secara keseluruhan, anak perempuan di Korea Selatan, Vietnam, Arab Saudi, Turki dan beberapa negara Asia Tengah, dan anak laki-laki di Eropa tengah dan barat, memiliki perubahan paling sehat dalam status pertumbuhan tubuh selama tiga setengah dekade terakhir karena mereka memiliki peningkatan tinggi badan yang jauh lebih besar daripada yang mereka lakukan pada BMI.
Memiliki tinggi badan rendah dan BMI rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, gangguan perkembangan kognitif, dan kinerja pendidikan dan produktivitas kerja yang lebih buruk di kemudian hari. BMI yang tinggi disertai dengan risiko kecacatan dan kematian dini yang lebih tinggi di masa dewasa, serta kesehatan mental dan hasil pendidikan yang lebih buruk, kata studi The Lancet.
Oleh karena itu, para peneliti merekomendasikan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan yang sehat bagi kaum muda, seperti menerapkan program makan sekolah gratis dan menerapkan pembatasan tentang berapa banyak karbohidrat olahan yang harus dimakan seorang anak.