CakapCakap – Cakap People! Peretas yang bekerja untuk Pemerintah Rusia dan Korea Utara telah menargetkan lebih dari setengah lusin organisasi yang terlibat dalam penelitian pengobatan dan vaksin virus corona di seluruh dunia. Demikian diungkapkan oleh Microsoft, Jumat, 13 November 2020.
Reuters melaporkan, perusahaan perangkat lunak asal Amerika Serikat (AS) itu mengatakan bahwa kelompok peretas Rusia yang biasa dijuluki “Fancy Bear” — bersama dengan sepasang “aktor” Korea Utara yang dijuluki “Zinc” and “Cerium” oleh Microsoft — terlibat dalam upaya baru-baru ini untuk masuk ke jaringan tujuh perusahaan farmasi dan peneliti vaksin di Kanada, Prancis, India, Korea Selatan, dan AS.
Microsoft mengungkapkan, mayoritas targetnya adalah organisasi yang sedang dalam proses pengujian vaksin COVID-19. Sebagian besar upaya pembobolan gagal tetapi nomor yang tidak ditentukan berhasil, tambahnya.
Beberapa detail lainnya diberikan oleh Microsoft. Tetapi, Microsoft menolak menyebutkan organisasi yang menjadi target peretas, termasuk mengatakan mana saja yang telah terkena oleh hacker, atau memberikan garis waktu atau deskripsi yang tepat tentang upaya intrusi.
Kedutaan Besar Rusia di Washington, yang telah berulang kali membantah tuduhan keterlibatan Rusia dalam spionase digital, menyatakan dalam sebuah e-mail, “tidak ada yang dapat kami tambahkan” pada penyangkalan mereka sebelumnya.
Perwakilan Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak segera menanggapi pesan dari Reuters yang meminta komentar. Pyongyang sebelumnya juga sudah membantah melakukan peretasan di luar negeri.
Tuduhan spionase dunia maya muncul ketika kekuatan dunia berlomba-lomba di belakang layar untuk memproduksi vaksin COVID-19.
Mereka juga menyoroti bagaimana Microsoft mendesak kasus itu sendiri untuk seperangkat aturan global baru yang melarang intrusi digital yang ditujukan untuk penyedia layanan kesehatan.
Eksekutif Microsoft Tom Burt mengatakan dalam sebuah pernyataan, perusahaannya mengatur waktu pengumuman tentang peretas tersebut dengan kehadiran Presiden Microsoft Brad Smith di Paris Peace Forum yang berlangsung secara virtual.
Burt mengatakan bahwa dalam forum tersebut nantinya, Smith akan menyerukan para pemimpin dunia “untuk menegaskan bahwa hukum internasional melindungi fasilitas perawatan kesehatan dan mengambil tindakan untuk menegakkan hukum”.