CakapCakap – Cakap People! Hacker Iran yang diduga mengirim email berupa pesan ancaman kepada para pemilih Amerika Serikat pekan lalu dan menyebarkan informasi palsu tentang sistem pemilu yang dikompromikan telah menjalankan kampanye disinformasi tahun 2019 lalu yang menargetkan Timur Tengah. Demikian diungkapkan Facebook pada hari Selasa, 27 Oktober 2020.
Para pejabat AS menyalahkan Iran pekan lalu atas ribuan email yang mengancam dan video online yang dimaksudkan yang menunjukkan hacker membobol sistem pendaftaran pemilih hanya beberapa hari sebelum pemilihan presiden AS yang bakal digelar 3 November 2020. Namun, Teheran telah membantah tuduhan tersebut, melansir laporan Reuters, Rabu, 28 Oktober 2020.
Facebook mengatakan pihaknya telah menangguhkan satu akun palsu yang berusaha membagikan video di situsnya. Akun tersebut ternyata terkait dengan 20 akun lainnya yang tersebar di Facebook dan Instagram. Akun-akun tersebut mengungkapkan operasi disinformasi yang tidak aktif yang menargetkan negara-negara termasuk Israel dan Arab Saudi pada 2019, demikian kata Facebook.
Nathaniel Gleicher, Kepala Kebijakan Keamanan Siber Facebook, mengatakan akun yang baru ditemukan sebagian besar tidak aktif, tetapi sebelumnya akun-akun tersebut telah berusaha untuk menyebarkan klaim tentang “dugaan pembantaian” pada Kontes Lagu Eurovision tahun lalu di Israel.
Badan intelijen AS masih menganalisis siapa sebenarnya di Iran yang memerintahkan operasi dan niatnya, kata tiga orang yang mengetahui masalah itu kepada Reuters pekan lalu.
Gleicher mengatakan pada hari Selasa bahwa timnya menemukan sejumlah kecil tautan teknis ke jaringan disinformasi yang ditangguhkan pada bulan April yang dikaitkan dengan penyiar negara Iran, serta “koneksi ke individu yang terkait dengan pemerintah Iran.”
Facebook juga mengatakan telah menangguhkan dua halaman dan 22 akun Instagram yang dijalankan oleh orang-orang dari Meksiko dan Venezuela yang menggunakan identitas palsu dan bentuk lain dari apa yang disebut “perilaku tidak autentik terkoordinasi” untuk memposting tentang peristiwa terkini dan politik di Amerika Serikat.
Beberapa akun menyamar sebagai orang Amerika dan memposting dalam bahasa Spanyol dan Inggris tentang topik termasuk hubungan ras, feminisme dan lingkungan, kata Facebook. Mereka diidentifikasi mengikuti petunjuk dari FBI, tambahnya.
Meskipun tidak jelas siapa yang berada di balik aktivitas tersebut, beberapa akun memposting gambar dengan teks yang sebelumnya digunakan oleh Badan Riset Internet, organisasi Rusia yang menurut jaksa penuntut AS memainkan peran kunci dalam upaya Moskow untuk mempengaruhi pemilu AS pada 2016.