CakapCakap – Cakap People! Spanyol menjadi negara Eropa Barat pertama yang mencatatkan kasus COVID-19 melampaui angka 1 juta infeksi pada Rabu, 21 Oktober 2020. Negara itu mengalami peningkatan kasus dua kali lipat hanya dalam waktu enam minggu meskipun serangkaian tindakan yang semakin ketat dilakukan untuk mengendalikan gelombang kedua virus.
Menurut laporan Reuters, Kamis, 22 Oktober 2020, data Kementerian Kesehatan Spanyol menunjukkan, total kasus mencapai 1.005.295, naik 16.973 dari hari sebelumnya. Adapun korban tewas meningkat 156 menjadi 34.366.
Setelah sempat mengalami sedikit perlambatan pasca penguncian ketat Spanyol pada bulan Maret hingga Juni, tingkat infeksi COVID-19 kembali meningkat hingga kerap melebihi 10.000 kasus per hari dari akhir Agustus. Kasus COVID-19 mencapai puncak baru pada minggu lalu dengan lebih dari 16.000 kasus per hari.
Banyak yang menyalahkan, lonjakan ini akibat ketidaksabaran masyarakat untuk menghilangkan batasan yang diberlakukan negara yang dimaksudkan untuk menahan penularan virus corona, atau kelelahan dengan pedoman jarak sosial.
“Kami kurang bertanggung jawab, kami suka berpesta, bertemu dengan keluarga,” kata bankir Carolina Delgado. “Kami belum menyadari satu-satunya cara … adalah menjaga jarak sosial, hal-hal sederhana seperti tidak berkumpul dengan banyak orang, memakai masker meski Anda bertemu teman.”
Menurut Dr. Rafael Bengoa, salah satu pendiri Institut Kesehatan dan Strategi Bilbao, keluar secara terburu-buru dari kebijakan pengetatan sebelum sistem pelacakan diterapkan membuat penularan tidak terkendali lebih cepat daripada di negara lain.
Dia juga menyalahkan polarisasi politik yang mengakar di Spanyol atas kebangkitan tersebut. “Ada banyak kebisingan politik, tetapi kekosongan kepemimpinan yang mengejutkan,” katanya.
Ketika kementerian kesehatan merilis angka terbaru, sebagian besar anggota parlemen Spanyol dengan sengit memperdebatkan mosi tidak percaya pada Perdana Menteri Sosialis Pedro Sanchez yang diluncurkan oleh partai sayap kanan Vox.
“Para politisi ini hanya nyaman dengan kesederhanaan … debat yang bermotivasi ideologis, tetapi virus tidak peduli dengan ideologi,” kata Bengoa.
Sementara itu, angka kematian harian telah berkisar sekitar 100 – jauh dari level puncak yang mencapai hampir 900 orang pada akhir Maret – penerimaan rumah sakit telah melonjak 20% secara nasional dalam dua minggu dan 70% di wilayah timur laut Catalonia.
Kondisi itu berpotensi memaksa beberapa rumah sakit Barcelona untuk menangguhkan prosedur pemeriksaan pasien yang tidak mendesak.
Sergio Hernandez, seorang perawat di Madrid, menyarankan pengenaan denda yang lebih tinggi dan pengendalian kasus positif yang lebih menyeluruh untuk menanggulangi penyebaran kasus. Dia menambahkan bahwa protokol tindak lanjut saat ini tidak terlalu baik dan mungkin memperkuat tingkat infeksi.
Untuk menghindari terulangnya gelombang pertama ketika virus menghancurkan populasi lansia Spanyol dan membuat layanan kesehatan kewalahan, beberapa daerah di Spanyol memang telah kembali menerapkan pembatasan yang lebih ketat dalam beberapa minggu terakhir.
Pemerintah juga mempertimbangkan pemberlakuan jam malam untuk daerah-daerah yang paling parah terkena dampak, termasuk ibu kota Madrid, di mana keadaan darurat dua minggu akan berakhir pada hari Sabtu.
“Yang paling penting adalah ekonomi tidak menderita lagi,” katanya dalam konferensi pers, Rabu, 21 Oktober 2020.
Pandangan itu dianut oleh beberapa warga Madril seperti pegawai negeri Luis Calvino, yang percaya bahwa kebijakan kesehatan dan ekonomi harus dikoordinasikan. “Jika kita ingin memiliki kapasitas medis yang cukup, semuanya membutuhkan biaya, yang berasal dari pajak.”