Vaksin COVID-19 AstraZeneca Bakal Diterima Indonesia pada Semester Pertama 2021

“Pengiriman pertama diharapkan pada semester pertama 2021, dan sisanya akan dikirimkan secara bertahap,” kata Retno.

CakapCakapCakap People! Indonesia mengharapkan menerima batch pertama vaksin COVID-19 dari perusahaan farmasi multinasional Inggris AstraZeneca pada semester pertama tahun depan. Demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi setelah menandatangani kesepakatan dengan perusahaan tersebut di London, Rabu, 14 Oktober 2020.

“Kami sudah mendapatkan pasokan vaksin untuk Indonesia dari AstraZeneca,” kata Retno dalam jumpa pers virtual dari kantor KBRI London, mengutip laporan Jakarta Globe.

“Pengiriman pertama diharapkan pada semester pertama 2021, dan sisanya akan dikirimkan secara bertahap,” kata Retno.

Seorang pria berjalan melewati papan tanda di situs AstraZeneca di Macclesfield, Inggris tengah pada 19 Mei 2014. AstraZeneca mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah mulai menguji pengobatan berbasis antibodi untuk pencegahan dan pengobatan COVID-19. [Foto: Reuters / Phil Noble]

Vaksin AstraZeneca menggunakan platform vektor virus non-replikasi, berbeda dengan vaksin yang dipesan Indonesia dari Sinovac Biotech China dan China National Pharmaceutical Group (Sinopharm), yang menggunakan virus yang tidak aktif. Vaksin AstraZeneca merupakan salah satu kandidat vaksin yang diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah memasuki tahap uji klinis ketiga.

Kesepakatan vaksin menjadi puncak dari kunjungan Menlu ke London minggu ini.

Retno dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir juga bertemu dengan beberapa organisasi dan perusahaan untuk membahas kerjasama yang lebih luas antara Indonesia dan Inggris.

The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), sebuah yayasan yang berbasis di Oslo yang membiayai penelitian vaksin, juga telah mengakui perusahaan farmasi milik negara Bio Farma sebagai organisasi yang kompeten dalam mengembangkan vaksin COVID-19, membuka kemungkinan untuk kolaborasi.

Selain AstraZenecac dan CEPI, para menteri mengunjungi sejumlah institusi swasta yang terkait dengan pengembangan vaksin global, di antaranya Imperial College London (ICL) dan VacEquity Global Health (VGH).

“Di jalur multilateral kita memiliki komitmen yang sama untuk mendukung platform kerja sama multilateral seperti WHO, GAVI (aliansi vaksin), dan CEPI dalam kerangka Fasilitas COVAX, terutama terkait pemerataan akses terhadap vaksin yang aman dan terjangkau,” kata Retno.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, kiri tengah, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, kanan tengah, berpose untuk foto setelah acara penandatanganan dengan AstraZeneca di London pada hari Rabu, 14 Oktober 2020. [Foto: Dok. KBRI]

Erick mengatakan, kunjungan tersebut juga menghasilkan beberapa kemajuan dalam kerja sama ekonomi kedua negara.

“Inggris adalah mitra dagang Eropa terbesar keempat Indonesia dan perdagangan kayu pertama di antara negara-negara Eropa. Kerja sama dan kesepahaman antara kedua negara terus ditingkatkan untuk menghidupkan kembali perekonomian setelah pandemi COVID-19,” kata Erick.

Indonesia dan Inggris sepakat untuk mengembangkan wisata kesehatan bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia.

“BUMN bisa memberi ruang di kawasan ekonomi khusus di Bali atau Sumatera. Kami ingin memastikan Indonesia menjadi pemain regional di industri kesehatan,” ujarnya.

Selain itu, Indonesia dan Inggris akan meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, perhotelan, energi terbarukan, dan industri pertahanan, kata Erick.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Menyelisik Kekayaan Maharaja Thailand Vajiralongkorn, Raja Salman dari Arab Kalah Telak

Indonesia Duduki Posisi Ketujuh dari 10 Negara dengan Hutang Terbesar di Dunia