CakapCakap – Cakap People, padaSelasa pagi, 6 Oktober 2020 Gitaris legendaris, Eddie Van Halen menghembuskan nafas terakhir setelah lima tahun berjuang melawan kanker paru dan tenggorokan.
Di Indonesia, khususnya bagi kalangan milenial nama Eddie Van Hallen mungkin kurang familiar. Namun ia adalah salah satu musisi top dunia. Uniknya lagi, tak banyak yang tahu bahwa yang Eddie kelahiran Belanda dari pasangan Jan Van Halen dan Eugenia Van Halen ini memiliki darah Indonesia.
Sang ibu merupakan orang Indonesia tepatnya berasal dari Rangkasbitung, Banten. Sang ibu lahir pada 21 September 1914 di Rangkasbitung. “Ibu saya dari Indonesia,” kata Eddie terlihat bangga saat sesi wawancara delapan tahun lalu bersama kakak kandungnya, Alex Van Halen.
Dikutip dari harian Tempo, dalam wawancara tersebut Eddie juga mengatakan kalau sang ibu berperan penting dalam kariernya. Kemudian Eddie menceritakan bagaimana sang ayah yang asli orang Belanda bertemu dengan sang ibu yang beda negara.
Berawal dari sang ayahnya yang mendapatkan pekerjaan di Indonesia. Ayah Eddie juga memilki jiwa musik yang tinggi, ia berkeliling dunia dan bermain musik.
“Keliling dunia dan bermain musik. Ayah kami datang ke Indonesia untuk kontrak radio selama 6 minggu namun berubah menjadi 6 tahun, dia suka dengan daerah tropis,” kata Alex.
Jan Van Halen dan Eugenia Van Halen akhirnya menikah pada 1950 dan memiliki 2 orang anak. sang ibu memiliki peran penting dalam karirnya di dunia seni musik.
Eddie Van Halen meninggal dalam usia 65 tahun di Rumah Sakit St. John Santa Monica. Di akhir hayatnya, Eddie didampingi istrinya, Janie Liszewski bersama putranya, Wolfgang. Mantan istrinya, Valerie Bertinelli, dan Alex Van Halen, saudara laki-lakinya juga turut mendampingi Eddie.
Eddie mendirikan band rock Amerika legendaris, bersama saudaranya, Alex Van Halen sebagai drummer, Mark Stone di bassist, dan vokalis David Lee Roth pada 1972. Band legendaris tersebut diberi nama Van Halen.
Eddie Van Halen terkenal setelah mempopulerkan teknik tapping gitar solo. Teknik yang ia pakai memungkinkan arpeggio dimainkan cepat dengan dua tangan di fretboard. Pada 2012, dia menempati urutan pertama 100 Gitaris Terbesar Sepanjang Masa diambil dari jajak pendapat yang dilakukan majalah Guitar World.