CakapCakap – Cakap People, seorang anak laki-laki bersama ayahnya menghabiskan 93 hari berjalan 2,800 kilometer dari Palermo, Italia. Perjalanan bocah berusia 11 tahun ini menarik perhatian banyak orang karena ia berniat mengunjungi sang nenek yang tinggal di kota Witney, Inggris.
Bocah lelaki yang diketahui bernama Romeo Cox ini berangkat pada 20 Juni bersama ayahnya Phil (46). Dilansir dari Dailymail, keduanya berjalan kaki mulai dari Italia, Swiss, dan Prancis. Pasangan itu melawan sekawanan anjing liar di Roma, menaiki perahu, bersepeda, bahkan naik keledai.
Ketika malam, mereka tidur di gereja, asrama atau berkemah di bawah bintang-bintang. Namun tak sedikit warga yang menawarkan tempat menginap untuk mereka berdua.
“Kami tersesat beberapa kali. Kami tidur di bawah sarang tawon yang bukan ide bagus, kakinya berdarah, tapi kami tidak pernah berpikir untuk menyerah.” Ungkap Romeo.
Romeo akhirnya mencapai Trafalgar Square pada 21 September, 93 hari setelah keberangkatannya dari rumah. Mereka berdua harus dikarantina terlebih dahulu sebelum akhirnya bertemu sang nenek, Rosemary yang berusia 77 tahun.
“Ketika kami semakin dekat, saya terus berpikir untuk melihat Nenek saya, dan betapa bersemangatnya saya. Saya tidak sabar untuk memberinya (Rosemary) pelukan, sudah lebih dari setahun sejak terakhir kali saya melihatnya. Dia sendirian selama penguncian (lockdown di Inggris).” Terang bocah berusia 11 tahun ini.
Romeo dan sang ayah bukan tanpa sebab melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki. Selain untuk mengunjungi sang nenek, mereka memiliki misi penggalangan dana untuk penanganan pengungsi dari negara-negara yang dilanda perang yang terdampar kurang dari 30 mil dari pantai Inggris.
Ibu Romeo menjalankan amal pengungsi REACT dan sudah berhasil mengumpulkan dana sebesar sekitar 11 ribu poundsterling atau sekitar Rp211 juta. Uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan anak-anak pengungsi seperti pengadaan wifi untuk belajar online.
“Saya tahu bahwa beberapa anak seusia saya dan lebih tua di sini di Palermo telah melewatkan semua pelajaran selama lock-down karena mereka tidak bisa online untuk pelajaran dan sudah menemukan diri mereka dikecualikan dan ketinggalan. “
“Mampu belajar online dan memiliki pembelajaran digital itu penting.” kata Romeo saat menceritakan anak-anak imigran yang mendapatkan bantuan dari keluarganya.